Swim A Little Deeper

BERENANG SEDIKIT LEBIH DALAM



Tujuan utama kita menjadi seorang Kristen adalah mengasihi Tuhan. Hubungan yang akrab dengan TUHAN akan membantu kita hidup sesuai kehendak-Nya dan menuntun kita pada kehidupan yang baik. Tetapi harus kita akui, banyak orang yang menyebut dirinya Kristen tidak mengalami kehidupan yang baik. Mengapa? Karena sebagian besar orang Kristen memiliki hubungan dan pemahaman yang dangkal tentang TUHAN sehingga gagal menangkap kehendak TUHAN dalam hidupnya. 

Beberapa tahun yang lalu, saya mendapatkan sebuah puisi dari salah seorang sahabat yang isinya masih menarik perhatian saya sampai hari ini. Isinya adalah sebagai berikut:

Berenang Sedikit Lebih Dalam

Ketika Anda SUNGGUH-SUNGGUH menginginkan sesuatu
Terkadang Anda harus berenang sedikit lebih dalam
Anda tidak bisa menyerah begitu saja
Hanya karena jalan yang Anda tempuh tidaklah mudah
Anda harus menghadapi rintangan yang menghadang
Dan mengatasi ketakutan Anda…
Karena diakhir itu semua, perjuangan Anda sepadan!
Hidup ini terkadang di atas terkadang di bawah
Tetapi jika Anda percaya pada-Nya, Anda akan selalu bisa melewatinya
Hargai persahabatan, kasih dan iman.
Jangan pernah memandang rendah diri sendiri.
Jika Anda mengikuti nasihat ini, Anda di jalan yang benar.

Sungai Sukacita-Mu!

“Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai.” Mazmur 46:5


 Tidak seperti kota Pekanbaru yang dilewati sungai Siak, tidak ada sungai yang melewati kota Yerusalem, karena Yerusalem terletak di dataran tinggi. Sungai yang dimaksudkan di Mazmur yang baru saja kita baca tentu saja adalah sungai dalam arti rohani.

Yehezkiel hidup pada masa pembuangan Bangsa Israel. Ketika Nebukadnezar, raja Babel menyerang kota Yerusalem, Bait Allah mengalami kehancuran. Bangsa Israel yang hidup dalam pembuangan menderita dan tidak bahagia karena mereka bukan saja jauh dari tanah leluhur mereka, mereka juga jauh dari Bait Allah. Mereka bertekad suatu hari akan pulang dan memperbaiki Bait Allah. Tetapi rancangan Tuhan bukanlah rancangan manusia. Tuhan menyingkapkan rancangannya kepada Yehezkiel melalui penglihatan rohani.

“Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu Bait Suci, dan sungguh, ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci itu dan mengalir menuju ke timur; sebab Bait Suci juga menghadap ke timur; dan air itu mengalir dari bawah bagian samping kanan dari Bait Suci itu, sebelah selatan mezbah.  Lalu diiringnya aku ke luar melalui pintu gerbang utara dan dibawanya aku berkeliling dari luar menuju pintu gerbang luar yang menghadap ke timur, sungguh, air itu membual dari sebelah selatan.” Yehezkiel 47:1-2

Yehezkiel mendapatkan penglihatan, ada air yang keluar dari Bait Suci. Bait Suci yang dilihat oleh Yehezkiel  bukanlah Bait Suci yang akan dibangun kembali oleh bangsa Israel. Di 1 Korintus 3:17, Paulus menjelaskan lebih lanjut tentang rancangan TUHAN.

Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.”

Rancangan TUHAN atas Bait Allah yang baru, tempat kediaman-Nya yang kudus adalah diri kita. Kitalah bait Allah. Tempat kediaman Allah. Ia ingin bertahta di hati kita, karena itu ketika kita bertobat dan dibaptis, kita dikaruniai Roh Kudus. Roh Kudus telah tinggal di dalam hati setiap orang percaya, untuk membimbing roh kita dan di 2 Timotius 1:7 : “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” Untuk membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban dalam diri kita. Karena itu Di Efesus 5:18  Paulus mengingatkan kita “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh.” 


Seberapa Dalam Kita di Air Tersebut?

“Sedang orang itu pergi ke arah timur dan memegang tali pengukur di tangannya, ia mengukur seribu hasta dan menyuruh aku masuk dalam air itu, maka dalamnya sampai di pergelangan kaki.  Ia mengukur seribu hasta lagi dan menyuruh aku masuk sekali lagi dalam air itu, sekarang sudah sampai di lutut; kemudian ia mengukur seribu hasta lagi dan menyuruh aku ketiga kalinya masuk ke dalam air itu, sekarang sudah sampai di pinggang.  Sekali lagi ia mengukur seribu hasta lagi, sekarang air itu sudah menjadi sungai, di mana aku tidak dapat berjalan lagi, sebab air itu sudah meninggi sehingga orang dapat berenang, suatu sungai yang tidak dapat diseberangi lagi.” Yehezkiel 47:3-5

Seberapa dalam hubungan kita dengan TUHAN? Seberapa dalam kita membiarkan Roh Kudus berkarya dalam diri kita? Ketika kita bertobat dan dibaptis, kita semua telah berada di dalam air, seberapa dalamkah tingkat kerohanian kita saat ini?

v Tahap Pertama, Sepergelangan Kaki. Tahap ini mewakili saat kita mengambil keputusan menjadi murid Yesus. Seperti yang sering kita katakan ketika seseorang dibaptis “Ini bukan akhir, ini adalah awal” kita perlu melangkah ke tahap berikutnya. Banyak orang Kristen berhenti di tahap ini dan tidak pernah melangkah ke tahap selanjutnya. Menjadi Kristen tidak sekedar “yang penting selamat” saja, ada banyak penjalanan rohani yang TUHAN tawarkan kepada kita. 

Seseorang yang semangat saja di awal kemudian kehilangan kasih mula-mulanya bukanlah pengikut Yesus yang sejati. Dia tidak mengerti bahwa menjadi seorang Kristen artinya menjadi seperti Kristus dan tidak seorangpun yang akan seperti Kristus, jika dia tidak mau bertumbuh. Kristen seperti ini biasanya menghabiskan waktu mereka bermain di kolam yang dangkal tanpa berani masuk ke kolam yang lebih dalam. Mereka tidak mau terlalu berkomitmen, tidak mau terlalu terlibat, mereka tidak mau kehilangan “kebebasan” dan “kenyamanan” mereka. Padahal inti kekristenan justru terletak di kolam yang dalam.

Pernahkah Anda memperhatikan suasana kolam renang untuk anak-anak? Mereka berteriak, menginginkan mainan anak lainnya, berusaha mendorong yang lain. Demikian juga Kristen yang terlalu lama di tahap ini, mereka mengeluh, membicarakan kelemahan orang lain, iri hati, berusaha menjatuhkan yang lainnya. Orang yang berada dalam tahap ini bisa dengan gampang keluar dari air dan meninggalkan TUHAN ketika mereka bosan. Apakah Anda masih di tahap ini?

v Tahap Kedua, Selutut. Ketika air setinggi lutut, seseorang lebih sulit bergerak. Dia mulai merasakan arus air atau kuasa Tuhan. Lutut berbicara tentang doa. Pada tahap ini, orang yang telah tiba di tahap ini telah belajar bergantung kepada TUHAN melalui doa. Dia juga belajar hidup oleh iman (Ibrani 10:38). Dia mulai melibatkan Tuhan dalam hidupnya, walaupun belum sepenuhnya. Dia mulai melihat doa-doanya dijawab oleh Tuhan, walaupun kebanyakan doanya untuk dirinya sendiri. Banyak orang Kristen yang bahkan belum sampai di tahap kerohanian ini. Apakah Anda sudah tiba di tahap ini?

v Tahap Ketiga, Sepinggang. Ketika seorang Kristen telah mencapai tahap ini, ia akan mulai kesulitan bergerak. Kuasa Tuhan telah mulai menguasai bagian kehidupannya yang perlu diubah. Di mulai menyadari kelemahan-nya, kebiasaan buruk-nya, karakternya yang kurang baik. Dia belajar menerima tanggung jawab baru, memulai pelayanan. Dia telah bertumbuh dari seseorang yang fokus pada diri sendiri menjadi seorang yang fokus pada TUHAN dan orang sekitarnya. Seringkali orang yang berada di tahap ini tergoda untuk kembali ke tahap yang lebih dangkal yang lebih bebas dan tidak menuntut tanggung jawab yang besar. Karena pada tahap ini dibutuhkan dedikasi dan komitmen. Tetapi jika seseorang bertahan, ditahap inilah buah-buah Roh akan mulai bertumbuh dan mengubahkan dirinya. 

Berenang di Sungai!

Tahapan Terakhir, adalah ketika kaki kita telah melangkah tidak dapat lagi menemukan sesuatu yang bisa kita pijak dan sungai-lah yang mengontrol diri kita. Pada tahapan ini, orang ini telah melepaskan kehendaknya. Tidak ada lagi keduniawian, atau mengandalkan kekuatan sendiri. Yang ada hanyalah kita dengan sungai, dan arusnya menarik kita dengan kuat. Pada tahapan ini, kita perlu belajar berenang. 

Pengalaman yang paling mengesankan bagi saya ketika berenang adalah menyelam. Ketika berada dalam air, suara bising dipermukaan air hilang, yang ada hanya saya dengan air saja, dan air ini melingkupi saya. Begitu damai dan tenang. Ketika seseorang telah mencapai tahap kerohanian ini, hanya ada dia dengan TUHAN saja. Dia menyatu dengan Pencipta-Nya dan Dia mengerti kehendak TUHAN. Dia membiarkan diri-nya dikuasai TUHAN sepenuhnya. Dia menjadi sama seperti Yesus yang rela membiarkan diri-Nya disalib untuk melakukan kehendak Bapa-Nya. Dia sama seperti nubuat Yesus kepada Petrus di Yohanes 21:18  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."  Yang  mengatakan bahwa Petrus yang dahulu, sewaktu masih dalam tahap sepergelangan kaki, tahap selutut dan tahap sepinggang masih bisa berjalan kemanapun dia kehendaki, tetapi ketika Dia menerima tanggung jawab Tuhan untuk mengembalakan domba-domba-Nya, dia akan tiba pada tahap tidak ada lagi kehendak dalam dirinya, yang ada hanyalah kehendak TUHAN. 

Jadi ada dua hal yang perlu kita ingat berkenaan dengan pelajaran hari ini, yaitu:

v Di Yehezkiel 47:3-4, ada kalimat yang berbunyi “ia…menyuruh aku masuk dalam air itu”. Tuhanlah yang meminta kita untuk bertumbuh dan masuk ke tahapan berikutnya. Beberapa dari kita menahan diri untuk berkomitmen secara penuh kepada Tuhan, mungkin karena kita takut tenggelam. Jangan takut! Tuhan akan mengajarkan kita cara berenang. Tuhan menyuruh Ayub masuk ke air yang dalam untuk menderita sementara dan kemudian memulihkan keadaannya dua kali lipat. Tuhan juga akan memulihkan kita.

v Semakin dalam Anda masuk, semakin susah Anda untuk keluar. Ketika air baru sepergelangan kaki, mudah saja bagi Anda untuk melompat keluar dari air. Tetapi tanpa komitmen, Anda tidak akan mendapatkan apapun. Sebatang pohon perlu berkomitmen pada tanah di mana dia tumbuh. Kalau perlu, semakin dalam akarnya menjalar semakin baik, pohon itu akan mendapatkan nutrisi yang cukup dan berbuah banyak. Bayangkan saja pohon yang tidak berkomitmen pada tanah tertentu, hari ini ditanam di sebuah lokasi, besoknya dicabut dan ditanam dilokasi lain, dan seterusnya, bukannya tumbuh dan berbuah, malah pohon ini bisa mati. Demikian juga, jika ingin merasakan pertumbuhan dalam kerohaniani kita, kita perlu berkomitmen.

Akhirnya, jika kita melihat kelanjutan ceritanya di Yehezkiel 47:7-12, kita akan menemukan: 

v “amat banyak pohon” Orang yang rohani akan produktif dalam pelayanan.

v “Laut Asin, air yang mengandung banyak garam dan air itu menjadi tawar.” Orang yang rohani akan mempengaruhi dunia, bukan dipengaruhi dunia.

v “Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak”. Orang yang rohani akan membantu jiwa yang hilang mendapatkan hidup baru.

v  “pohon buah-buahan, buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat."  Orang yang rohani akan menghasilkan buah-buah Roh seperti yang tercatat di Galatia 5:22.

Seberapa dalamkah kerohanian Anda saat ini?




Previous
Next Post »
Thanks for your comment