Beragama atau Rohani?
Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Matius 5:20
Bangsa kita adalah bangsa yang religius. Sejak lahir, kita telah diperkenalkan keluarga kita tentang agama. Sebagian dari kita telah beragama Kristen sejak kecil, sebagian lainnya beragama lain, kemudian setelah dewasa, kita memutuskan untuk menjadi seorang Kristen. Tetapi kita semua tahu, menganut agama Kristen tidak otomatis menjadikan kita seorang yang rohani. Banyak orang yang beragama Kristen sebenarnya kurang memahami apa artinya menjadi seorang Kristen yang sejati, apalagi menjalankan kehidupan yang Rohani.
Pada jaman Yesus, orang-orang Farisi adalah kelompok orang beragama yang memiliki standar hidup yang tinggi. Mereka memiliki ribuan aturan yang harus ditaati. Kata Farisi sendiri berarti orang-orang yang dipisahkan. Sebutan lain untuk orang Farisi adalah Hasidim atau yang berarti orang-orang yang mengasihi TUHAN. Tetapi ironis-nya, orang-orang ini yang menyebut dirinya kelompok orang-orang yang paling mengasihi TUHAN justru menolak TUHAN Yesus dan menyalibkan-Nya. Mengapa bisa begitu? Hari ini kita akan membahas tiga hal yang harus kita hindari agar tidak menjadi orang yang beragama tetapi tidak rohani karena bukan agama tidak akan menyelamatkan kita
Jangan“Mengajar tetapi tidak Melakukan”
“ Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.” - Matius 23:1-4
Pernahkah Anda mendengar orang tua yang berkata kepada anaknya “Nak, dengarkan apa yang Bapak katakan, tetapi jangan tiru yang Bapak lakukan ya”. Tentu saja orang tua jenis ini tidak akan berhasil mendidik anak-anaknya untuk takut kepada TUHAN, karena perbuatan kita berbicara lebih keras dari perkataan kita. Kita perlu menyadari satu hal bahwa seorang anak akan lebih cepat belajar dengan melihat daripada mendengar. Pengajaran tidak bisa dipisahkan dari keteladanan, iman tanpa perbuatan adalah mati.
Pada jaman Yesus, orang-orang Farisi mengalami masalah keteladanan. Kelompok ini yang menyebut dirinya orang-orang khusus yang paling mencintai Tuhan justru mencintai Tuhannya hanya sebatas kata-kata saja. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, di Indonesia, semakin banyak orang tertarik kepada Kekristenan. Gereja semakin menarik dengan konser yang megah, gedung yang megah. Semakin sering orang ke gereja dan mendengarkan Firman TUHAN. Tetapi masalahnya adalah, orang-orang yang beragama Kristen memang lebih sibuk dengan kegiatan gereja, tetapi mereka tidak lebih rohani dari sebelumnya. Ini dikarenakan lebih banyak orang yang mau mengajar tetapi tidak mau memberikan keteladanan. Anak-anak di Italia saat ini lebih mengidolakan tokoh mafia daripada para pemimpin agama. Tentu saja hal ini disebabkan oleh banyak faktor, tetapi salah satu faktor adalah ketiadaan keteladanan baik ditingkat keluarga dengan ayah sebagai iman keluarga maupun ditingkat gereja.
Sebagai jemaat, sudah berapa banyak firman TUHAN yang kita dengarkan? Jika kita tidak pernah absen beribadah setiap minggu, tahun ini saja sudah ada 21 khotbah yang kita dengarkan, apakah kita sudah mempraktekkannya? Belum termasuk khotbah pertengahan minggu, dalam kelompok kecil kita, diskusi Alkitab, saat teduh kita pribadi? Jangan hanya mendengar saja, tetapi lakukan, ini yang membedakan Anda seorang yang beragama saja atau seorang yang rohani.
Jangan “Melakukan Supaya Dilihat Orang”
“ Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.” –Matius 23:5-7
Sebuah survey mengatakan hampir 80% anggota gereja adalah pendengar dan bukan pelaku firman TUHAN. Mengapa demikian? Ini disebabkan banyak orang yang beragama Kristen telah diperdaya oleh Iblis. Yesus mengajarkan bahwa iblis adalah pencuri yang datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan (Yohanes 10:10). Mungkin awalnya kita memiliki motivasi yang benar, kemudian lama kelamaan, motivasi mulai berubah. Bukannya melayani, mereka mulai menuntut gereja untuk melayani mereka. Mereka bergantung sepenuhnya kepada gembala sebagai sumber segala hikmat. Akibatnya, yang menjadi sumber iman dan pedoman perilaku mereka bukan lagi Alkitab, melainkan gembala sidang.
Orang-orang Kristen yang menganggur sebenarnya adalah orang yang hanya menganut agama Kristen saja, tetapi tidak bisa menikmati gairah rohani seperti yang dinikmati oleh orang yang secara rohani bekerja. Orang yang bekerja secara rohani adalah pria dan wanita yang memiliki suatu hubungan pribadi dengan Tuhan karena mereka telah menemukan betapa nyata dan pentingnya menjalin hubungan semacam itu. Orang-orang ini telah belajar bagaimana mengikuti tuntunan Roh Kudus, taat kepada Firman dan Kehendak-Nya. Mereka mengabungkan diri bersama dengan murid-murid Yesus lainnya untuk “memuridkan” orang-orang yang belum sungguh-sungguh mengenal-nya. Orang-orang semacam ini akan datang ke persekutuan dengan suatu semangat untuk mempelajari Firman TUHAN disertai rasa lapar yang luar biasa untuk mencerna kebenaran. Kerinduan mereka adalah melihat orang lain memiliki hubungan pribadi dengan TUHAN Yesus seperti yang telah mereka temukan dan alami sendiri.
Namun kenyataannya, kebanyakan orang yang datang ke gereja dengan tujuan hanya supaya “diberkati”, bukan untuk “menjadi berkat”. Keegoisan orang-orang ini membuat mereka hanya menginginkan hal-hal yang menguntungkan diri mereka dan hanya mengharapkan berkat-berkat. Itulah sebabnya mereka menjadi tidak puas apabila hal yang mereka terima tidak sesuai dengan keinginan dan pengharapan mereka. Misalnya khotbah yang terlalu berterus terang. Segala sesuatu yang tidak memuaskan itu akan membuat mereka pergi meninggalkan gereja dengan bersungut-sungut dan penuh kejengkelan. Namun, kalau orang datang ke gereja dengan kerinduan untuk menyenangkan hati Allah, menyembah Kristus, melayani Tuhan dan jemaat-nya, mereka tentu akan pulang dalam keadaan diberkati meskipun mungkin selama ibadah berlangsung ada hal-hal yang kurang memuaskan.
Tetapi ada orang-orang yang akhirnya terjun dalam pelayanan tetapi tidak mengubah motivasinya. Tepat seperti yang dilaporkan oleh Paulus di Roma 10:1-3 :
“Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.”
Jangan “Mengabaikan Hal yang Terpenting dari Firman Tuhan”
“ Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.” – Matius 23:23-24
Saat ini, banyak orang yang telah mengantikan hal-hal yang terpenting dari Firman TUHAN dengan hal-hal yang sepele. Mereka mengantikan hukum yang terutama yaitu kasih dengan peraturan-peraturan manusia. Jika kita baca ayat di atas, dikatakan bahwa orang-orang Farisi sangat teliti dalam membayarkan persepuluhan, tetapi mereka gagal dalam keadilan, belas kasihan dan kesetiaan, ketiga hal ini adalah bentuk kasih kepada sesama. Ketika hal-hal terpenting ini dihilangkan dalam kekristenan, mereka hanya akan menemukan agama, bukan kerohanian dan mereka bertanya-tanya, mengapa mereka ditimpa oleh berbagai persoalan.
v Uang menggantikan Kasih. Orang muda yang kaya di Matius 19:16-22 harus memilih antara kerohanian dan uang, ternyata uang yang menang. Ratusan tahun sebelumnya, Yehezkiel telah menegaskan adanya orang-orang beragama semacam itu. “….mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar keuntungan yang haram. (Yehezkiel 33:31). Lebih banyak pria yang saat ini lebih senang memberikan lembaran cek kepada istrinya daripada menjadi pria yang saleh yang mengasihi dan memimpin keluarganya. Memang jauh lebih mudah memberikan uang daripada memberikan diri sendiri. Demikian juga lebih banyak wanita yang mengejar karier dan pengakuan sehingga mengabaikan perannya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Orang tua lebih suka membelikan anak-anaknya mainan atau benda-benda lain daripada meluangkan waktu untuk bermain atau berdoa bersama. Padahal memberikan diri kita sendiri merupakan bukti kasih yang nyata. (Yohanes 15:13).
v Talenta Mengantikan Buah-Buah Roh. Tidak ada yang salah dengan talenta, karena talenta adalah pemberian TUHAN. Tetapi jika kita mau jujur, dalam gereja, lebih banyak orang dihargai karena talenta yang dimiliki dibandingkan dengan orang-orang yang menghasilkan buah-buah Roh.
v Tradisi menggantikan Perintah Allah. Tata cara ibadah tidak sama dengan kekristenan. Yesus pernah menegur orang yang mengantikan perintah Allah dengan tradisi manusia. (Matius 15:1-11). Orang lebih mempersoalkan alat musiknya, pemimpin lagunya, tempat ibadahnya daripada perintah Allah mana yang saya abaikan.
v Semangat menggantikan Ketaatan Sebagian orang telah salah mengartikan pengalaman emosionalnya bersama Allah sebagai kasih yang sejati kepada Allah. Ini adalah pengertian yang berbahaya. Bukti kasih Anda kepada Allah adalah ketaatan kepada firman Allah. Apabila firman Allah tidak memerintah dalam kehidupan Anda, itu berarti Kristus belum menjadi Tuhan dalam kehidupan Anda. (Yohanes 14:15)
v Kegiatan menggantikan Hubungan dengan TUHAN. Terlibat dalam berbagai jenis pelayanan tidak akan bisa mengantikan hubungan kita dengan TUHAN. Kerohanian kita tidak diukur dari seberapa kita sibuk, tetapi seberapa kita berpegangan pada kebenaran TUHAN dan belajar untuk taat.
Jadi, jika kita sudah mengerti perbedaannya, mulailah praktekkan apa yang sudah kita dengar hari ini!
ConversionConversion EmoticonEmoticon