HAL-HAL YANG TAK TERNILAI



Hidup Yakub penuh dengan kontradiksi. Dia lahir sambil memegang tumit Esau, saudara kembarnya, sehingga diberi nama Yakub, artinya “penipu” (inilah arti ungkapan “memegang tumit seseorang”). Ia mendapatkan hak sulung dengan memanfaatkan kelaparan kakaknya, lalu memperdaya Ishak, ayahnya, supaya memberikan kepadanya berkat, yang menurut adat adalah hak putra sulung. 

Namun di sisi lain, namanya tercatat di Ibrani 11:21 sebagai salah satu orang yang imannya patut kita contohi. Dengan kelemahan dan kelebihan yang masing-masing kita miliki, sesungguhnya kehidupan kita tidak jauh berbeda dengan kehidupan Yakub. Hari ini kita akan belajar tiga hal yang membantu Yakub bertumbuh menjadi Israel. Dan yang pertama adalah

1. Mengejar Hal-hal yang lebih bernilai

“ Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu." Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu..”.- Kejadian 25:29-34

Dari ayat di atas, kita bisa menarik kesimpulan, Esau lebih mementingkan perutnya yang lapar. Sedangkan Yakub lebih mementingkan hak kesulungan. Ketika kisah mereka dimulai, Yakub memiliki semangkuk kacang merah dan Esau memiliki hak kesulungan. Ketika kisah mereka berakhir, Esau memiliki semangkuk kacang merah dan Yakub memiliki hak kesulungan. Siapa yang mendapatkan bagian yang lebih baik dari transaksi tersebut?

Dalam kehidupan kita, hal yang kelihatan biasanya lebih diutamakan. Uang, kekayaan, kendaraan pribadi, perhiasan, emas, usaha, pekerjaan. Semua ini adalah materi yang kelihatan. Yang kelihatan biasanya menjadi alat ukur dalam kehidupan. Misalnya, “orang kaya” diukur dari besarnya rumah dan luasnya tanah yang dimiliki. “Orang sukses” diukur dari besar pabrik dan banyaknya jumlah karyawan yang dimiliki. Lebih berbahaya lagi adalah ketika “orang baik” diukur dari besarnya sumbangan atau sedekah yang diberikan. Bahkan yang lebih menyedihkan adalah “Orang pandai” diukur dari deretan gelar dibelakang namanya. “Orang Saleh” diukur dari seringnya ia menghadiri ibadah dan kegiatan keagamaan.

Memang, hal yang kelihatan sepertinya lebih mudah untuk dijadikan alat ukur. Tetapi justru hal-hal yang tidak kelihatan seperti kasih, iman, pengharapan, karakter-lah yang melandasi setiap pemikiran, perkataan dan tindakan kita. Jangan pernah mau menukar “hak kesulungan” dengan “semangkok sop kacang merah”. Karena itu kita perlu mempertahankan, bahkan meningkatkan hal-hal yang tidak kelihatan dalam hidup kita, karena tanpa hal-hal seperti iman, kasih, pengharapan, karakter, yang kelihatan tidaklah berharga.

Sebagai contoh, siapa yang tidak tahu tentang kebesaran Tembok Besar Cina. Tembok sepanjang 6.500 km yang berfungsi sebagai penangkis serangan musuh dari utara, beberapa kali kebobolan, karena para musuh menyuap para penjaganya. Sehebat apapun tembok yang menghalangi, jika penjaganya tidak memiliki integritas, tembok besar semegah apapun tidaklah berguna.

Demikian juga dalam kehidupan kita sebagai seorang Kristen. Seaktif apapun kita beribadah dan melayani TUHAN, jika tidak didasari oleh hal yang tidak kelihatan seperti iman, kasih, pengharapan, karakter, integritas, semuanya itu akan sia-sia.

Saya teringat dengan cerita tentang seorang pemuda miskin yang berjalan melintasi sebuah rumah yang megah. Sambil berpaling, dia mengeluh tentang nasibnya. Kebetulan pemilik rumah yang sudah tua mendengar keluhannya dan bertanya, mengapa wajahnya murung. Pemuda tersebut menjawab bahwa dia seorang yang sangat miskin, tidak punya rumah dan tidak punya pekerjaan. Orang tua tersebut berkata: “Seharusnya kamu bergembira karena kamu seorang yang kaya raya. Jika saya membayar 100 juta untuk kesehatanmu dan besok kamu sakit kanker, apakah kamu mau?” “Tidak” Jawab pemuda tersebut dengan tegas. “Jika saya membayar 200 juta untuk keremajaanmu dan besok kamu menjadi kakek-kakek, apakah kamu mau?” tanya orang tua itu “Tidak” Jawab pemuda tersebut. “Jika saya membayar 300 juta untuk kecakapanmu dan besok kamu bermuka jelek menyeramkan, apakah kamu mau?” Tanya kakek itu lagi “Tidak” Jawab pemuda tersebut. “Jika saya membayar 400 juta untuk Kebijaksanaanmu dan besok kamu menjadi idiot dan jika saya membayar 500 juta untuk nuranimu dan besok kamu mulai menipu dan merampok, apakah anda mau?” Tanya kakek itu untuk terakhir kalinya “Tidak” jawab pemuda tersebut. “Saya telah menawarkan kepada kamu total 1,5 Milyar, tetapi anda tidak mau menjual apa yang ada pada kamu. Sesungguhnya anda seorang yang kaya raya.” Pemuda itu akhirnya mengerti.

2. Mengabdi untuk sesuatu yang bernilai

" Selama dua puluh tahun ini aku bersama-sama dengan engkau; domba dan kambing betinamu tidak pernah keguguran dan jantan dari kambing dombamu tidak pernah kumakan. Yang diterkam oleh binatang buas tidak pernah kubawa kepadamu, aku sendiri yang menggantinya; yang dicuri orang, baik waktu siang, baik waktu malam, selalu engkau tuntut dari padaku. Aku dimakan panas hari waktu siang dan kedinginan waktu malam, dan mataku jauh dari pada tertidur. Selama dua puluh tahun ini aku di rumahmu; aku telah bekerja padamu empat belas tahun lamanya untuk mendapat kedua anakmu dan enam tahun untuk mendapat ternakmu, dan engkau telah sepuluh kali mengubah upahku.” Kejadian 31:38-41

Karena Esau berniat untuk membunuhnya, Yakub mengungsi ke Haran. Maksud TUHAN menuntunnya ke Haran adalah untuk membentuk karakter Yakub. Ketika Yakub meninggalkan Kanaan, dia adalah seorang penipu. Dia menipu Esau dan Ishak. Di Haran, dia bertemu dengan “Master”-nya, dia ditipu berkali-kali, tetapi tidak bisa berkutik. Pada malam pernikahan Yakub, Laban menukarkan Rahel dengan Lea. Ketika dia meminta pertanggungjawaban, Laban menjelaskan bahwa menurut kebiasaan, anak sulung yang seharusnya menikah terlebih dahulu. Tentu saja jawaban Laban seolah-olah menampar Yakub dengan mengingatkan apa yang dahulu dilakukannya terhadap Esau, dia telah menipu untuk mendapatkan hak kesulungan. Di satu sisi, TUHAN sedang mengajar Yakub pelajaran yang berharga melalui Laban. Di sisi lain, TUHAN menepati janjinya untuk memberkati Yakub. Ketika tiba di Haran, Yakub tidak memiliki apaun dan sendirian. Ketika keluar dari Haran dua puluh tahun kemudian, dia seorang yang kaya, dengan 2 orang istri, 2 budak perempuan, 11 anak laki-laki, banyak budak dan ternak. Dia datang dengan tidak memiliki apapun dan pergi dengan melimpah.
“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” Roma 5:3-4
Pohon Korma, adalah palem-paleman yang sangat bermanfaat bagi manusia. Alkitab banyak sekali mencatat pohon korma.
* Orang percaya disamakan dengan dengan pohon korma.
Pohon korma yang hidup di padang pasir yang panas, tumbuh pohon korma yang baik. Pohon korma tumbuh di dekat sumber air. Oasis di padang gurun biasanya ditandai dengan hadirnya pohon korma.
Bagaimana petani pohon korma menaam pohon korma di tengah padang pasir yang rawan dengan angin yang dapat menerbangkan biji pohon korma. Bagaimana pohon tersebut bertahan menghadapi lingkungan padang pasir yang terkadang tidak bersahabat?.
Menamam pohon korma di padang gurun tidak sama dengan menaman pohon korma misalnya di Indonesia. Di Indonesia, biji pohon korma cukup ditabur di tanah berpasir, maka pohon itu dapat tumbuh dengan baik tetapi kualitas buah tidak sesuai dengan harapan.
Biji pohon korma di tanam ke pasir lalu DITUTUP dengan BATU. Batu MEMAKSA pohon korma berjuang untuk tumbuh ke ATAS.
Hambatan pertumbuhan batang membuat pertumbuhan akar maksimal. Pertumbuhan akar yang kuat memungkinkan korma bertahan menghadapi tiupan angin di padang pasir yang dapat menerbangkan tanaman bila akar pohon itu tidak kuat mengikat pasir.
Tuhan menghendaki kita kuat seperti pohon korma. Seperti pohon korma yang MENGAKAR DAHULU dan setelah akar TUMBUH kuat dan besar maka BATU YANG MENUTUPI pertumbuhan batang akan terguling karena petani meletakkan batu yang tidak melampaui kekuatan pohon korma untuk muncul menumbuhkan batang yang kemudian diikuti daun lalu buah.
* Apa yg pernah di janjikan Nya, akan digenapi pada saat Nya
* Tuhan tidak pernah keliru, Dia tdk pernah melakukan kesalahan, JANJI NYA 'ya' dan 'amin'.
KUAT seperti pohon korma sesuatu yang diinginkan oleh Tuhan. Kuat seperti pohon korma menjadikan kita bukan saja MENJADI PETUNJUK keberadaan air yang diperlukan untuk hidup, menjadi tempat PERTEDUHAN di terik panas tetapi berbuah sampai TUA.
Pohon Korma menghasilkan buah korma dan buah korma adalah buah yang beraneka berkhasiat, memiliki nilai ekomonis yang tinggi. Kita sebagai orang percaya diharapkan seperti pohon korma yang di cari orang di saat orang kehausan dan lapar di padang pasir.
3. Bergumul dengan sesuatu yang bernilai

Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu. Lalu kata orang itu: "Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing." Sahut Yakub: "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.”Bertanyalah orang itu kepadanya: "Siapakah namamu?" Sahutnya: "Yakub. Lalu kata orang itu: "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang." Kejadian 32:24-28

Ada satu urusan yang belum diselesaikan Yakub, yaitu masalahnya dengan Esau. Tetapi dia takut bertemu dengan Esau. Malam itulah, sewaktu Yakub sendirian, dia bergumul dengan Allah dan dia menang. Dia menang bukan karena Allah kalah. Dia menang karena kegigihannya. Walaupun sendi pangkal pahanya terpelecok, dia memegang lawannya dan tidak mau melepaskannya sampai dia diberkati. Rupanya Haran telah membentuk Yakub, dari seorang yang tenang dan suka tinggal di kemah (Kejadian 25:27) dari seorang penipu, menjadi seorang pejuang yang berkarakter yang pantang menyerah. Dia diberi nama baru, yaitu Israel karena ia telah bergumul dengan Allah dan manusia dan dia menang. Pada Akhirnya dia bisa menyelesaikan persoalannya dengan Esau.


Ada sebuah kisah luar biasa yang terjadi padaOlimpiade di Mexico City tepat 40 tahun yang lalu (1968). Ada seorang pelari maraton asal Tanzania yang sensasional direkam sejarah. John Stephen Akhwari namanya. Ia menjadi tajuk berita bukan karena memecahkan rekor finish tercepat, bukan pula karena memenangkan medali emas. Dia justru finish di tempat terakhir. Para pelari lain telah menyelesaikan perlombaan lebih dari satu jam sebelumnya. Stadion pun sudah hampir kosong. John Stephen Akhwari kemudian terlihat memasuki stadium dengan tertatih-tatih, kakinya dibalut dan terlihat berdarah. Ini yang terjadi: ketika memasuki kilometer ke 19, ia terjatuh karena tubrukan. Akhwari mengalami luka menganga di lutut kanannya dan mengalami masalah dengan persendian bahunya. Dalam kondisi demikian, semua orang akan maklum jika ia mengundurkan diri. Bayangkan terus berlari dengan lutut terluka parah, dan bahu lepas dari persendian. Mungkin membayangkannya saja kita sudah bergidik. Tapi apa yang diputuskan oleh Akhwari adalah luar biasa. Dia meneruskan perlombaan dengan segenap sisa kekuatan yang ada, dan bisa mencapai finish. Mungkin bagi sebagian orang ia dianggap bodoh, minimal heran akan keputusannya. Wartawan pun bergegas menanyakan apa yang menyebabkan ia terus berlari meski tahu bahwa ia tidak mungkin lagi menang. Akhwari memberi jawaban: “Negara saya tidak mengirim saya sejauh 5,000 mil untuk memulai perlombaan,mereka mengirim saya sejauh 5,000 mil untuk menyelesaikannya.”
~ Selesai ~
Previous
Next Post »
Thanks for your comment