TIGA LANGKAH IMAN ABRAHAM


Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." - Kejadian 22:2

Kita mengetahui perintah TUHAN kepada Abraham hanyanya sebuah ujian. Tetapi bagi Abraham yang tidak mengetahui rencana TUHAN, ini adalah perintah yang sulit dan tidak masuk diakal. Sulit karena Ishak adalah anak yang dinantikan Abraham dan Sara selama 25 tahun, tidak masuk diakal karena bagaimanakah TUHAN yang Maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang memerintahkan seorang bapak membunuh anaknya sendiri? Hari ini kita akan belajar 3 langkah iman Abraham, bagaimana dia bisa melewati ujian tersebut. Langkah yang pertama adalah:

1. Berpikir Dengan Cara Tertentu

“Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak……Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati”.- Ibrani 11:17,19


Hal pertama yang membedakan orang yang beriman atau tidak adalah caranya berpikir. Abraham berpikir yang baik tentang TUHAN dan dia percaya dibalik perintah TUHAN yang tidak masuk diakal, ada rencana yang indah, walaupun Abraham tidak mengetahuinya saat itu. Dia berpikir, setelah dia mempersembahkan Ishak, Allah sanggup membangkitkan kembali anaknya. Inilah cara berpikir yang baik dari seorang yang beriman.


Bagaimana dengan cara kita berpikir? Dalam hidup ini ada banyak hal yang sulit untuk kita pahami. Salah satunya dalah masa depan. Ada ungkapan yang berbunyi: “Hari yang lalu adalah sejarah, hari ini adalah goresan, hari esok adalah misteri.” Tetapi bagi pengikut TUHAN, jangan kuatir, karena TUHAN mengetahui rancangan-Nya untuk kita, yaitu rancangan damai sejahtera dan masa depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11). Tidakkah janji TUHAN patut untuk kita percayai? Karena itu, sebagai pengikut TUHAN, berpikirlah yang baik tentang TUHAN dan masa depan kita.


Ada sebuah kisah tentang seorang anak yang suka bolos sekolah. Ketika sedang bermain, ia melihat seorang nenek sedang menggosok sebatang besi. Penasaran, dia bertanya kepada nenek tersebut, apa yang sedang dikerjakannya. Nenek itu menjawab: “Saya sedang menggosok besi batangan ini untuk dijadikan jarum”. “Bagaimana mungkin besi sebesar itu menjadi jarum?” tanya anak itu keheranan. Jawab nenek tersebut: “Apapun jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh, pasti berhasil”. Anak tersebut terhenyak mendengar jawaban nenek itu dan akhirnya menyadari keadaan dirinya sendiri. Jawaban nenek tersebut mengubahkan pemikirannya tentang kehidupan dan sejak saat itu, dia belajar dengan sungguh-sungguh, penuh dengan dedikasi dan akhirnya, ketika dewasa, menjadi orang yang berhasil dalam kehidupannya.


Singkirkan pikiran negatif terhadap kehidupan, TUHAN, pasangan, orang lain dan juga diri sendiri. Ganti dengan pikiran yang baik. TUHAN ingin memberkati Anda dengan masa depan yang baik.


2. Berkata-kata dengan cara tertentu

“…..Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku……" Kejadian 22:8


Hal kedua yang membedakan orang yang beriman atau tidak, adalah caranya berkata-kata. Ketika Abraham ditanya Ishak dimanakah anak domba untuk korban bakaran, Abraham menjawab: “Allah yang akan menyediakan”. Dari perkataan Abraham inilah, ada sebutan baru buat TUHAN yaitu Yehova-Yireh yang berarti TUHAN Menyediakan.


Seperti ada ungkapan yang mengatakan apa yang keluar dari mulut meluap dari hati, perkataan kita menunjukkan kondisi hati kita. Bagaimana perkataan kita akhir-akhir ini? Apakah kita beriman dan berkata Allah akan menyediakan? Ketika kita ikut TUHAN, Dia akan menyediakan. Kita perlu ekspresikan iman kita melalui ucapan syukur.

3. Bertindak dengan Cara Tertentu

“Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham,…. lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.” Kejadian 22:3


Abraham segera melaksanakan perintah TUHAN. Mungkin bulan Januari kita sudah memutuskan rencana sepanjang tahun ini, tetapi apakah sudah mulai kita laksanakan? Ketika kita memesan makanan di rumah makan, seringkali kita sisipkan sebuah pesan: “Jangan pake lama ya”. Kita berharap pesanan kita segera dibuat dan diantar. Jika kita memiliki sikap yang sama buat diri kita sendiri, maka masa depan kita akan memiliki masa depan yang gemilang


Segeralah bertindak. Jika mau berhasil dalam kehidupan kita, kita harus berusaha. Setiap usaha pasti ada risikonya. Ketika tidak segera melaksanakan apa yang kita rencanakan, kita perlu bertanya kepada diri kita sendiri: “Apa ruginya jika saya tidak segera bertindak? Jika kita tidak segera bertindak, kita akan terus menerus berhadapan dengan masalah yang sama sepanjang waktu. Waktu yang tepat untuk memulai adalah SEKARANG. Mengapa kita menunda sesuatu yang baik? Dengan bergerak lebih cepat, kita akan mendapatkan umpan balik lebih cepat. Sehingga kita dapat memperbaiki yang salah dan meningkatkan yang sudah benar. Bertindaklah sekarang juga.


Ketika bertindak, kita akan lebih memahami. Ketika Abraham bertindak, dia bisa menyaksikan penyediaan TUHAN. Beberapa ribu tahun kemudian, Yerusalem dibangun di tanah Moria dan Yesus disalib di salah satu bukit Moria. Perintah TUHAN kepada Abraham untuk mengorbankan Ishak adalah lambang TUHAN mengorbankan Putra-Nya sendiri untuk menebus dosa-dosa kita. Sekarang kita memahaminya. Berpikirlah, berkata-katalah dan bertindaknya dengan kasih, maka Anda akan mengetahui rencana TUHAN.


Ada sebuah cerita tentang seorang menantu yang berniat meracuni mertuanya yang cerewet. Saat dia menceritakan niatnya kepada tukang obat yang bijaksana, dia memberi menantu ini ramuan dan berkata: “Teteskan ramuan ini sedikit demi sedikit ke dalam masakan yang dimasak kamu sendiri dan bersikap baiklah terhadap mertuamu, supaya saat mertuamu sudah meninggal, tidak ada yang mencurigaimu”. Dilaksanakannyalah seperti nasihat tukang obat itu. Hari demi hari, karena perhatian dari menantunya, Sang Mertua berkurang cerewetnya, bahkan mulai memuji-muji menantunya dan mulai memperlakukan seperti anak kandungnya sendiri. Segera menantu ini menemui tukang obat untuk meminta obat penawar racun, karena mertuanya sudah berubah. Tukang obat menjawab: “Ramuan yang saya berikan sebelumnya bukanlah racun, melainkan ramuan kesehatan. Racun yang sesungguhnya adalah hati yang mendendam, tetapi telah diobati oleh perbuatan kasih yang kamu lakukan terhadap mertuamu”. Menantu tersebut akhirnya memahami kekuatan dari tindakan kasih.

~~ Selesai ~~
Previous
Next Post »
Thanks for your comment