Full of Holy Spirit



“Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh”Efesus 5:18
Kita percaya bahwa Roh Kudus ada karena Alkitab menyatakannya. Kita percaya bahwa Roh Kudus turut bekerja dalam setiap pekerjaan TUHAN. Kita percaya bahwa Roh Kudus tinggal dalam hati orang percaya. Kita percaya bahwa Roh Kudus bisa memberi kuasa yang kita butuhkan. Tetapi ketika kita ditanya apa artinya penuh dengan Roh Kudus, apakah kita bisa menjelaskannya dengan meyakinkan?
Salah satu masalah yang sering dihadapi seorang kristen adalah kurangnya pemahaman tentang Roh Kudus. Jika boleh menilai dalam skala 0-10, pengetahuan sebagian besar orang Kriten tentang Allah Bapa mungkin sekitar nilai 7. Pengetahuan kita tentang Yesus lebih lagi, mungkin sekitar 8,5 karena seringnya kita mendengar khotbah tentang Yesus. Tetapi ketika pengetahuan kita tentang Roh Kudus dinilai, kira-kira berapa nilai yang akan kita peroleh? Tentu saja lebih kecil dari pengetahuan kita akan Allah Bapa dan Allah Putra. Padahal peranan Roh Kudus dalam kehidupan kita sebagai orang percaya adalah satu kesatuan dengan peranan Allah Bapa dan Allah Putra.
Jadi jika Anda sendiri yang menilai pemahaman anda tentang Roh Kudus, berapa nilai yang kira-kira akan anda berikan? Tetapi sebelum menjawab pertanyaan diatas, saya ingin menerangkan bahwa saya tidak akan membahas keseluruhan topik Roh Kudus pada hari ini. Kita punya waktu tiga bulan untuk membahasnya. Hari ini saya akan fokus pada pertanyaan yang penting ini:
Apakah maksudnya penuh dengan Roh Kudus?
Saya sendiri percaya, pemahaman akan karya Roh Kudus dalam kehidupan kita adalah salah satu prinsip terpenting dalam kehidupan rohani kita. Pelajarilah hal ini dan Anda akan menemukan kuasa terbesar untuk menuntun hidup anda dari hari ke hari. Ada dua pembahasan utama yang akan kita uraikan hari ini:
1. Penuh dengan Roh Kudus tidak berarti mengalami Pengalaman Emosi, Penuh dengan Roh Kudus berarti mengalami pengalaman Rohani
Mungkin Anda pernah menghadiri suatu kebaktian yang jemaatnya bergetar, kemudian jatuh ke lantai, beberapa menangis, sedangkan yang lainnya berseru-seru memanggil nama Yesus, bahkan beberapa mengucapkan sejenis bahasa yang tidak kita mengerti artinya. Bahkan di negara-negara lain, tempat ibadah semacam ini mempraktekkannya lebih dramatis seperti tertawa terbahak-bahak tak terkendali, berguling-guling di lantai, jingkrak-jingkrak, berlari mengelilingi ruang ibadah dan muntah-muntah. Karena hal-hal ini semua dilakukan atas nama Roh Kudus, orang-orang mengira orang-orang ini penuh dengan Roh Kudus.

Bukannya saya bermaksud menghakimi dengan apa yang dilakukan, saya hanya ingin katakan bahwa seseorang yang penuh dengan Roh Kudus tidak harus ahli dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

Sebenarnya pengalaman-pengalaman yang saya sebutkan tadi lebih tepat dikatakan sebagai pengalaman emosi. Manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Sama seperti kendaraan yang harus diisi tangkinya dengan bahan bakar supaya bisa berfungsi, ketiga bagian dari kita perlu kita isi. Tubuh perlu kita isi dengan nutrisi yang cukup, jiwa dan rohani kita juga perlu kita isi supaya berfungsi. Tetapi seringkali orang Kristen salah mengerti, mengisi tangki emosi tidaklah sama dengan mengisi tangki rohani.

Ketika kita mengikuti konser musik yang atraktif, kita bisa terhanyut oleh alunan musik. Bahkan tidak jarang beberapa orang yang tidak bisa mengendalikan luapan emosinya berteriak histeris kepada idolanya dan pingsan. Ketika menonton film yang sedih, kita ikut menangis, ketika kita menonton film yang mengugah, kita bisa ikut menangis bahagia. Ketika menonton bola bersama-sama, orang-orang lebih antusias. Ketika tim kesayangannya menang, dia merasakan kegembiraan yang luar biasa. Demikian juga dalam kebaktian-kebaktian ini. Dengan musik tertentu, dengan cara menyanyi tertentu, dengan suasana tertentu, kita bisa menangis dan tertawa. kita bisa merasakan pengalaman emosional lainnya. Tetapi yang diisi adalah tangki emosi kita, bukan tangki rohani rohani.

Makanya tidak heran, ketika kita selesai mengikuti kebaktian semacam ini, kita merasa lebih baik, lebih rohani. Mungkin pengalaman yang di alami ada yang benar, tetapi Roh Kudus bukanlah pengalaman Emosional. Kadang kita heran, orang yang memiliki banyak pengalaman-pengalaman ini hidupnya selepas dari kebaktian yang luar biasa ini kembali kehidupan lamanya. Saya bahkan mengenal seseorang yang bisa berbahasa roh tetapi belum bisa meninggalkan dosa percabulannya. Memiliki pengalaman-pengalaman emosi tidak berarti kita telah penuh dengan Roh Kudus.

Ketika kita membaca kembali Efesus 5:18, seseorang yang penuh dengan roh kudus dihubungkan dengan seseorang yang dibawah pengaruh anggur. Seorang yang mabuk seringkali melakukan hal-hal yang tidak disadarinya. Dia tidak bisa mengontrol perkataannya, tingkah lakunya, bahkan untuk berdiri pun seringkali sulit dilakukan. Dia di bawah pengaruh alkohol. Seringkali seseorang yang mabuk dituntun kepada perbuatan asusila, Firman Tuhan mengatakan Alkohol menimbulkan hawa nafsu.

Seseorang yang penuh dengan Roh artinya seseorang yang dibawah pengaruh atau kendali Roh Kudus. Dia akan mengalami perubahan hidup yang radikal. Contohnya adalah Petrus. Dia menyangkal Yesus sebanyak tiga kali karena takut ikut ditangkap, tetapi ketika menerima Roh Kudus, dia menginjil dengan berani. Banyak dari kita yang dulunya susah bicara kepada orang lain, tapi Roh Kudus menuntun kita memberitakan Firman TUHAN dengan berani.

Sebagai contoh, ketika presiden ingin menginap di rumah kita, tidak mungkin kita membiarkan rumah kita kotor dan berantakan, baju-baju kotor menumpuk di tempat tidur, piring-piring kotor belum kita cuci dan bersihkan. Pastinya kita akan segera merapikan rumah kita, kalau perlu direnovasi, kamar khusus presiden di cat ulang, dan dibuat istimewa, kita menyambut kedatangan presiden dengan acara penyambutan yang meriah dan menyiapkan menu makanan kesukaannya. Intinya kita ingin presiden betah tinggal di rumah kita. Demikian juga dengan Roh Kudus. Kita perlu membersihkan diri kita dari segala dosa, membuat Roh Kudus betah tinggal dalam diri kita, dan membiarkan roh kita dipimpin oleh Roh Kudus.

Di Efesus 5:15-21, Paulus juga menjelaskan seseorang yang penuh dengan Roh Kudus akan:
· Hidup dengan Bijaksana di hari yang jahat (ay. 15-16).
· Memahami Kehendak TUHAN (Ay. 17).
· Memiliki hati yang sukacita yang dipenuhi oleh nyanyian kepada TUHAN (Ay. 19)
· Memiliki hati yang penuh dengan ucapan syukur (Ay. 20).
· Memiliki sikap yang mau merendahkan diri kepada orang lain(Ay. 21).

Sikap penundukkan diri sangatlah penting dalam kehidupan kita sebagai seorang Kristen. Sebagai makhluk yang pada dasarnya sombong dan egois, hal ini bukanlah hal yang gampang. Hanya hati-hati yang telah disentuh oleh Roh Kudus-lah yang bisa bersikap seperti itu.
2. Penuh dengan Roh Kudus tidak hanya untuk orang tertentu saja, Penuh dengan Roh Kudus untuk semua orang percaya
Salah pengertian yang kedua adalah kepenuhan Roh Kudus hanya untuk orang-orang tertentu saja. Bagi sebagian orang tanda seseorang yang penuh dengan Roh Kudus adalah bisa ber”bahasa roh” (bukan bahasa roh di kitab Kisah Para Rasul pasal ke 2 yang merupakan bahasa yang bisa dimengerti, melainkan bahasa yang tidak dimengerti siapapun).

Seperti yang saya jelaskan bahwa bagi sebagian orang, penuh dengan Roh Kudus itu berarti mengalami pengalaman emosional. Tetapi emosi setiap orang berbeda. Ada orang yang lebih emosional, ada orang yang lebih logis. Orang yang yang emosional gampang mengekspresikan dirinya dalam ibadah-ibadah tersebut. Orang-orang golongan emosional ini “bertumbuh” dengan cepat dalam denominasi yang mereka, menjadi pemimpin-pemimpin yang kemudian memandang golongan “yang lebih logis” sebagai kristen yang kurang beriman. Golongan emosional mendesak golongan logis untuk juga memiliki pengalaman yang sama, dengan ajaran, bahwa seorang yang bertobat harus disertai tanda bisa ber ”bahasa roh” jenis mereka.

Bahasa Roh (yang asli) adalah karunia, artinya tidak semua orang memilikinya, jadi tidak benar jika kita memaksa seseorang untuk memiliki pengalaman emosi yang sama dengan kita. Yohanes Pembaptis penuh dengan Roh Kudus (Lukas 1:15), tetapi dia tidak berbahasa Roh. Elisabet penuh dengan Roh Kudus (Lukas 1:41), tetapi tidak berbahasa Roh. Zakharia penuh dengan Roh Kudus (Lukas 1:67) tetapi tidak berbahasa Roh. Yesus penuh dengan Roh Kudus (Lukas 4:1) tetapi tidak berbahasa Roh.

Kadang saya merasa kasihan, melihat ada orang yang tulus mengikuti TUHAN, karena pengalaman emosinya berbeda dan tidak bisa berbahasa Roh, dia dianggap kurang beriman, sehingga dia frustasi, merasanya dirinya tidak cukup rohani, tidak cukup beriman dan tidak cukup layak untuk menerima karunia Allah, dan dia berhenti untuk datang ke dalam persekutuan. Kita tidak perlu memiliki pengalaman yang sama dengan orang lain.

Setiap orang Kristen harus penuh dengan Roh Kudus. Itu adalah sebuah perintah dari TUHAN. Jika kita perhatikan kembali Efesus 5:18, “….hendaklah kamu penuh dengan Roh”. Adalah sebuah kalimat perintah. Penuh dengan Roh Kudus bukanlah sebuah pilihan. Setiap Kristen perlu penuh dengan Roh Kudus sepanjang waktu. Jika tidak, anda tidak melakukan kehendak TUHAN.

Dalam bahasa Yunani, perintah ini haruslah dilakukan secara terus menerus. Sama seperti kita terus menerus mengisi kendaraan kita dengan bensin, kita juga perlu senantiasa mengisi tangki rohani kita sampai penuh. Jadi penuh dengan Roh Kudus tidak berarti hanya waktu tertentu saja seperti waktu sedang “berbahasa roh” saja.

Terjemahan bahasa Indonesia untuk “..hendaklah kamu penuh dengan Roh” melewatkan sesuatu yang penting, yaitu dalam bahasa aslinya, ayat ini mengacu kepada kalimat pasif, bukan kalimat aktif. Contoh kalimat aktif itu seperti “Tolong beli telur sekilo di warung depan”. Efesus 5:18 sebenarnya tidak mengatakan “isilah dirimu dengan Roh “melainkan “Biarkanlah dirimu terisi oleh Roh”, Mengapa ini penting? Karena ini penuh dengan Roh Kudus adalah pekerjaan TUHAN, bukan pekerjaan manusia.

Contohnya, ketika tangki kita kosong, kita ke pom bensin dan minta diisikan bensin yang kita butuhkan. Yang mengisi adalah petugas pom bensinnya, bukan kita, tetapi jika kita tidak merasa butuh dan juga kita tidak minta, tidak akan diisikan. Demikian juga dengan kehidupan rohani kita. Kita perlu menyadari tangki rohani kita bisa kosong, karena itu kita perlu selalu dekat dengan TUHAN, agar Dia senantiasa mengisi tangki rohani kita.

Ketika Roh Kudus tinggal dalam diri kita, TUHAN beserta dengan kita. Tidak ada lagi yang mustahil, tidak ada lagi dosa yang tidak bisa ditinggalkan, tidak ada lagi masalah yang tidak bisa diselesaikan, tidak adala lagi sungai yang tidak bisa diseberangi. TUHAN tidak meninggalkan kita sendirian di dunia ini. Dia tidak hanya mengirimkan wakil presidennya untuk menolong kita. TUHAN tinggal bersama dengan roh kita dalam pribadi Roh Kudus. Kita tidak sendirian.
Selesai
Previous
Next Post »
Thanks for your comment