HE IS RISEN!


 
Memperingati kematian Yesus dengan menghadiri ibadah Jumat Agung serta menonton film The Passion of the Christ, tentu saja bagi beberapa orang menguras hati dan air mata. Kita diingatkan akan besarnya kasih TUHAN kepada kita melalui pengorbananNya di kayu salib. Ketika kita mengingat kembali sebelum Yesus disalibkan, kita akan menemukan bahwa murid-muridNya telah meninggalkanNya. Kalimat yang diberikan Matius cukup singkat namun kuat, “Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri” (Matius 26:56).

Yudas Iskariot, bendahara-Nya telah mengkhianatiNya demi tiga puluh keping perak. Petrus, murid kepercayaan-Nya telah menyangkalnya sebanyak tiga kali. Hanya Yohanes, yang senantiasa berada dekat salib Yesus, tetapi dia sendiri tidak mengerti apa yang sedang disaksikannya. Seperti murid-murid Yesus lainnya, dia melihat bahwa impian tentang sebuah kerajaan baru yang akan diperintah oleh Yesus sebagai mesias perlahan-lahan memudar bersama dengan setiap tarikan nafas yang penuh perjuangan dari rajanya di kayu salib. Tampaknya, siapapun yang melihatnya melalui mata jasmaninya akan beranggapan bahwa kegelapan, kematian dan iblis sudah berhasil mengalahkan Anak Allah, sekali untuk selamanya.

“Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. – Lukas 23:44-46

Harus saya akui, ada tiga hal yang menjadi akar dari hampir setiap kekuatiran yang saya alami.

1. Kuatir akan kegelapan

Yang pertama adalah rasa kuatir akan kegelapan, baik secara harfiah maupun kiasan. Berada dalam kegelapan membuat saya merasa sendirian. Dan juga saya sering tersandung ketika berusaha berjalan dalam kegelapan. Saya tidak suka gelap, saya suka terang.

Pada waktu Yesus di salib, kegelapan meliputi daerah itu selama 3 jam. Tentu saja hal itu membuat suasana penyaliban Yesus terasa mencekam. Kegelapan ini seolah-olah mengambarkan Allah Bapa tidak sanggup melihat Putra yang dikasihiNya menderita di kayu salib. Coba bagaimana perasaan orang-orang yang berada dalam kegelapan selama tiga jam ditempat itu? Hati mereka bertanya-tanya, “apa yang terjadi? siapakah yang baru tadi pagi saya teriaki :”salibkan dia, salibkan dia”, mengapa langit begitu gelap? Apakah TUHAN marah kepada kami yang menyalibkan Yesus? Apakah benar Ia Anak Allah seperti yang pernah diakuiNya selama ini?”

2. Kuatir akan kematian

Rasa kuatir saya yang kedua adalah kuatir akan kematian – terutama kematian orang-orang yang saya cintai, karena saya takut memikirkan hidup tanpa mereka. Dan saya juga kuatir terhadap kematian saya sendiri, walaupun bukan karena saya takut atas apa yang akan terjadi pada saya setelah saya meninggal; saya percaya sepenuhnya pada janji-janji Juruselamat saya. Saya hanya tidak mau memikirkannya saat ini.

Ketika Paulus berkata: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. (Filipi 1:21), ia telah mengalami berbagai macam penderitaan sebagai pengikut Yesus. Dia sering di penjara, tiga kali didera di luar batas, lima kali disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, satu kali dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, ancaman banjir, penyamun, orang-orang Yahudi yang berusaha menangkapnya, saudara-saudara palsu, sering tidak tidur, lapar dan haus, berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian. (dari 2 Korintus 11:23-28).

Bagi Paulus, hidup dan mati sudah tidak ada bedanya karena dia sudah ikut menanggung penderitaan Yesus. Sedangkan bagi Yesus, ketika Dia disalib, karya keselamatan yang dikerjakan-Nya telah selesai dan Dia menyerahkan nyawa-Nya. Dibandingkan dengan pengorbanan Yesus dan juga penderitaan Paulus, saya sadar masih banyak penderitaan yang perlu saya tanggung, masih banyak pekerjaan pelayanan yang harus diselesaikan untuk kemudian bisa berkata: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” atau “Sudah selesai”.

3. Kuatir atas apa yang sedang dikerjakan oleh iblis

Terus terang, saya juga kuatir atas apa yang sedang dikerjakan oleh iblis dan pasukan-pasukannya. Banyak orang yang meragukan keberadaan iblis, sehingga tidak waspada. Iblis itu nyata, dan ia tidak kenal belas kasihan di dalam segala perbuatannya terhadap orang-orang yang ada di dalam terang. Dengan terselubung, ia bermain-main di atas ketidaksempurnaan kita sebagai orang yang percaya untuk meyakinkan kita bahwa beberapa hasrat dan aktivitas kita yang tersembunyi bukanlah dosa, bahkan benar. Senjatanya yang paling utama adalah dusta. Sama seperti Hawa yang diperdaya iblis dengan memutarbalikkan Firman Tuhan, demikian juga iblis berusaha memperdaya kita. Dan dia sangat ahli dan sangat berpengalaman dalam hal ini, ini yang membuat saya kuatir.

Karya iblis dalam Yudas Iskariot

Yudas Iskariot adalah seorang zealot, anggota kelompok politik dan agama Yahudi yang secara terbuka menentang pemerintahan Romawi. Ketika dia dipilih oleh Yesus untuk menjadi salah satu dari murid-muridNya, mungkin jantungnya sempat berhenti sejenak. “Mesias yang akan membebaskan orang Yahudi dari perbudakan telah datang, dan saya menjadi salah satu murid utama-Nya” pikir Yudas waktu itu. Dia mendapatkan pelatihan, kedekatan dengan Mesias, kuasa untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan yang merasuki orang-orang tertentu, kepercayaan memegang kas (Yohanes 13:29). Mungkin dia membayangkan, jika Yesus menjadi Raja atas orang Yahudi, dia akan menjadi menteri keuangan, jabatan yang tentu saja disukainya.

Tetapi ketika mengikuti Yesus selama tahun-tahun pelayanan-Nya, Yudas menyadari visi hidupnya rupanya berbeda dengan visi Yesus. Ketika orang banyak hendak memaksa-Nya menjadi raja atas mereka, Yesus menolaknya. (Yohanes 6:15). Banyak orang kecewa dengan Yesus dan meninggalkanNya (Yohanes 6:60-66). Harapan Yudas bahwa suatu hari nanti dia akan menjadi seorang yang penting ketika Yesus naik tahta, pudar. Tetapi karena dari antara dua belas murid Yesus, tidak ada yang meninggalkan Yesus, Yudas tetap bertahan, walaupun hatinya tidak lagi mengikuti Yesus.

Seharusnya pada posisi ini, Yudas mengambil kesempatan menceritakan posisi hatinya kepada Yesus, tetapi dia berdiam diri. Akhirnya visi Yudas akan jabatan penting beralih kepada uang.

"Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. – Yohanes 12:5-6

Dosa selalu dimulai dengan motivasi yang salah. Ketika kita menyimpan motivasi yang salah di hati kita, benih-benih dosa tumbuh dengan subur. Yudas, bendahara yang dipercaya, rupanya sering mencuri dan menggelapkan uang kas. Pencuri yang terselubung ini tidak dapat menahan dirinya melihat uang hampir sebesar gaji satu tahun lenyap begitu saja di celah-celah lantai batu. Jika kita membaca cerita yang sama di Matius 26:6-13, kita akan menemukan bahwa Yudas tidak mengucapkan perkataan tersebut secara langsung kepada Yesus, tetapi diantara murid-murid Yesus lainnya. Murid-murid lainnya terpengaruh dan menjadi marah, tetapi Yesus menegor mereka secara halus. Rupanya tegoran Yesus di ayat berikutnya Matius 26:14-16 ditanggapi secara pribadi oleh Yudas.

Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus. – Matius 26:14-16

Kekesalan hatinya karena ditegor oleh Yesus berubah menjadi kepahitan, dan keesokan hatinya, telah berubah menjadi rencana pembunuhan. Bahkan Lukas menguraikan pengkhianatan Yudas Iskariot dengan kata-kata yang lebih mengerikan.

“Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan, bagaimana mereka dapat membunuh Yesus, sebab mereka takut kepada orang banyak. Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu. Lalu pergilah Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka. Mereka sangat gembira dan bermupakat untuk memberikan sejumlah uang kepadanya. Ia menyetujuinya, dan mulai dari waktu itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus kepada mereka tanpa setahu orang banyak.” – Lukas 22:2-6

Dari kedua belas murid itu, iblis memilih satu orang yang memelihara dosa yang tersembunyi. Ketika seseorang terus menutupi dosanya dan hubungan dengan TUHAN menjadi tawar, iblis akan mendapatkan kebebasannya untuk bekerja. Dengan dosanya, Yudas membuka pintu lebar-lebar kepada iblis untuk masuk dan menguasainya.

Berhati-hatilah terhadap dosa sekecil apapun juga di hati kita. Karena dosa yang ditutup-tutupi akan memberi kesempatan bagi iblis untuk menguasai seluruh kehendak kita. Banyak orang yang tidak menyadari hidupnya tengah dikuasai iblis. Ketika mereka semakin jauh dari TUHAN dan tidak tertarik kepada kerohanian, iblis telah terhasil berhasil masuk dan celakanya, orang-orang ini tidak menyadarinya kondisinya. Sama seperti Yudas yang seorang murid Yesus, menjadi seorang Kristen dan aktif dalam pelayanan saja tidak menjamin kita seorang yang rohani. Periksa hati kita, apakah ada dosa yang masih kita sembunyikan. Jika ada, akuilah dosa-dosa kita dihadapan TUHAN dan tinggalkanlah dosa-dosa tersebut. Dan menurut Yakobus, terbukalah dengan pembimbing rohani kita dan berdoalah bersamanya.

“Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh…” - Yakobus 5:16

Dalam kisah pengkhianatan Yudas Iskariot, ada empat prinsip yang perlu kita perhatikan:
1. Menjadi seorang Kristen tidak menjamin kita rohani.
2. Dosa yang tersembunyi lebih mematikan daripada dosa yang kelihatan.
3. Iblis dan pengikut-pengikutnya terus mencari
9
kesempatan untuk menentang TUHAN.
4. Tidak ada kesedihan yang dapat dibandingkan dengan penyesalan yang dalam dari seorang yang sudah terlambat menyadari bahwa ia salah mengerti terhadap Yesus dan dengan angkuh menolak kasih-Nya.

Yesus telah bangkit
“Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu.Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.” - Matius 28:5-6

Meskipun kematian Kristus memiliki sisi tragedi tertentu, tetapi menjadi pelajaran penting bagi kita. Apa yang tidak dilihat oleh Yohanes maupun murid-murid lain – meskipun Yesus sudah mengatakannya – adalah bahwa kematian Sang Mesias akan menghujam langsung jantung si jahat. Bagaimanapun juga, penampilan bisa menipu. Bahkan ketika kegelapan, kematian dan iblis menari-nari gembira di Golgota. Kebangkitan Yesus merupakan pukulan telak bagi ketiga hal tersebut. Dalam TUHAN ada terang, ada hidup dan ada keselamatan. Tinggalkan dosa, baik yang kelihatan maupun yang tersembunyi, hampirilah terang, hidup dan keselamatan yang TUHAN sediakan, karena Yesus telah bangkit!
Previous
Next Post »
Thanks for your comment