Spiritual Check Up!
Memeriksakan kesehatan secara rutin atau yang sering disebut medical check-up, telah menjadi kebutuhan penting lebih dari sebelumnya. Kesehatan menjadi perhatian utama setelah anggota keluarga, rekan kerja, sahabat meninggalkan kita karena penyakit seperti jantung, kanker, stroke, gagal ginjal dan lain-lain. Seringkali deteksi dini dengan medical check-up berhasil menyelamatkan nyawa seseorang. Penyakit bisa diketahui sejak dini dan bisa dilakukan tindakan pengobatan.
Memeriksakan kesehatan rohani secara rutin atau saya sebut dengan spiritual check-up seharusnya juga menjadi perhatian utama seorang murid Yesus. Sangat penting bagi setiap kita untuk menjadi murid Yesus yang sehat secara rohani karena dunia semakin tercemar oleh dosa. Kita telah menyaksikan saudara seiman meninggalkan TUHAN karena dosa. Dosa seperti kanker yang mengerogoti iman setiap orang yang percaya. Tetapi jika kita bisa mendeteksi dosa secara dini, kita bisa melakukan tindakan pengobatan rohani.
Doa Daud mengenai spiritual check-up di Mazmur 139:23-24 adalah sebagai berikut: “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” Mazmur 139:23-24
Menurut Mazmur tadi, kita perlu memeriksakan kesehatan rohani kita kepada TUHAN dan ada tiga bagian dari kerohanian yang perlu kita periksakan, yaitu pikiran, hati dan cara hidup. Tiga minggu ke depan, kita akan membahas ketiga bagian ini satu demi satu dan hari ini kita akan membahas tentang pikiran kita.
Pikiran Duniawi vs Pikiran Rohani
“Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu. Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.” Filipi 3:17-19
Akhir-akhir ini media-media di Indonesia dipenuhi berita tentang Melinda Dee, karyawati Citibank yang membobol dana nasabah sebanyak 17M. Tentu saja kita memiliki penilaian masing-masing dalam perkara ini, tetapi bisa disimpulkan ini adalah perkara duniawi.
Seorang Kristen bisa menjadi duniawi ketika pikirannya semata-mata tertuju pada perkara yang duniawi. Apakah pikiran anda semata-mata hanya tertuju kepada pikiran duniawi? Untuk memeriksa hal ini, tanyakanlah kepada diri anda sendiri:
Apakah yang sering saya bicarakan akhir-akhir ini?
Topik apakah yang membuat saya bersemangat jika saya membicarakannya?
Coba jawab dengan jujur dan anda akan menemukan, apa yang telah mengisi pikiran anda selama ini.
Karena itu Paulus menasihati jemaat di Filipi dan juga kepada kita untuk kita meniru teladan Paulus dan Kristen-Kristen rohani lainnya. Ada ungkapan yang mengatakan, siapa kita adalah apa yang kita baca dan siapa teman-teman kita. Saya setuju dengan ungkapan ini. Alkitab adalah satu-satunya buku terbaik yang perlu kita baca untuk kerohanian kita. Apakah kita masih membaca dan merenungkan Firman TUHAN setiap hari? Ingat, dosa akan menjauhkan kita dari Alkitab dan Alkitab akan menjauhkan kita dari dosa. Jadi, pilihlah hari ini kita ingin lebih rohani atau duniawi? Bacalah Alkitab anda.
Di 1 Korintus 15:33, Paulus mengingatkan kita:
“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”
Supaya kita tidak tersesat, kita perlu memperhatikan dengan siapa kita bergaul. Kita perlu membentengi diri kita dengan orang-orang yang kuat secara rohani. Kita perlu pembimbing rohani, mentor, pahlawan iman, sahabat-sahabat rohani. Memang kadang kita mendapat teguran rohani, tetapi “Seorang kawan memukul dengan maksud baik”(Amsal 27:6a). Semua atlet professional tentu saja membutuhkan seorang pelatih yang handal. Walaupun mendapatkan banyak masukan dan teguran, semua demi tercapainya tujuan. Demikian juga dengan kerohanian kita. Harus kita akui, kita memerlukan orang-orang yang kuat secara rohani untuk membantu mengisi pikiran kita dengan perkara-perkara rohani. Mulailah buka diri anda.
Pikiran Positif vs Pikiran Rohani
Salah satu buku motivasi yang sangat populer adalah The Power of Positive Thinking (Kekuatan Berpikir Positif) ditulis oleh Norman Vincent Peale, seorang pemimpin religius terkenal. Ide buku itu ialah bahwa kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup hanya bisa didapat oleh mereka yang belajar berpikir positif. Ia menggunakan banyak ayat alkitabiah yang sesuai untuk menyatakan maksudnya. Siapapun di dunia, termasuk orang-orang tidak percaya, yang menerima ajarannya akan diberkati bila melakukannya karena berpikir positif sudah pasti lebih superior daripada berpikir negatif. Tetapi, kita harus bertanya bagaimana hubungan antara berpikir positif dengan berpikir rohani. Meskipun keduanya memiliki banyak kesamaan, tetapi berbeda satu sama lain.
Kebanyakan, berpikir positif yang dikagumi di dunia berdasarkan cara yang egois untuk tujuan yang egois. Kita diajar untuk berpikir positif agar sukses secara duniawi – untuk mendapatkan apa yang kita mau. Dengan menjadikan berpikir positif sebagai kebiasaan.Kedua – orang yang melakukan ini akan mendapat berkat. Secara alkitabiah, berpikir rohani positif memiliki tujuan utama untuk menyenangkan Tuhan dan melayani orang lain. Karena itu, kebahagiaan bukanlah sesuatu yang kita cari melalui berpikir positif; ia adalah produk dari kerohanian.
Metanoia
"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu…. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.” Matius 7:24,26
Ukuran kerohanian kita bukanlah datang beribadah setiap minggu dan mendengarkan Firman TUHAN. Ukuran kerohanian kita adalah mendengarkan Firman TUHAN dan melakukannya. Apa yang membedakan orang yang sama-sama mendengarkan TUHAN, yang seorang mau melakukannya, sedangkan yang lain tidak? Perbedaannya terletak pada kata metanoia yang dalam bahasa Yunani berarti perubahan pola pikir.
Metanoia dalam arti rohani berarti pertobatan. Dengan kata lain, seorang yang bertobat adalah seorang yang telah mengalami perubahan pola pikir. Seorang yang mendengarkan firman TUHAN tetapi tidak mau melakukannya, tidak mau membuang pola pikir yang lama dan mengantinya dengan pola pikir yang baru artinya seorang yang belum bertobat. Walaupun tiap minggu pendeta dan pembimbing rohaninya menyampaikan Firman TUHAN kepadanya dengan rajin, semuanya sia-sia. Sama seperti benih yang jatuh ke jalan, tanah yang berbatu-batu dan tanah yang penuh semak duri, benih tersebut tidak akan tumbuh. Buang dulu batu dan semak durinya, buang dulu pola pikir lama, maka Firman TUHAN akan tumbuh subur dalam pikiran kita.
Mungkin pola pikir lama masih dipenuhi oleh pikiran-pikiran duniawi, pikiran-pikiran negatif, pikiran-pikiran jahat. Sebuah lembaga survey ternama di Amerika melaporkan bahwa orang-orang Kristen di negara tersebut tidak hidup lebih baik daripada orang lain, bahkan cenderung lebih buruk. Orang-orang Kristen di Indonesia memiliki kecenderungan yang sama. Walaupun kekristenan sudah cukup lama di Indonesia, suku-suku yang mayoritasnya Kristen tidak meninggalkan cara hidup yang lama. Tidak mengherankan jika kekristenan di Indonesia tidak mengalami pertumbuhan signifikan, karena hanya menerima agama-nya, tetapi tidak menerima pola pikir barunya.
Sepikir Dengan YESUS
Pinguin adalah contoh binatang yang sehati dan sepikir dengan pasangannya. Ketika pinguin betina bertelur, penguin jantan mengambil bagian mengerami telur-telur tersebut selama kurang lebih tiga bulan. Ketika telur tersebut menetas, penguin jantan ini akan menjaganya anak mereka sampai sang ibu kembali. Selama proses mengerami telur-telur tersebut, penguin jantan akan kehilangan berat badan sebanyak 20% dari semula. Dan selama 13 bulan berikutnya, dia akan bergantian menjaga anak-anak mereka, sampai anak-anak mereka menjadi dewasa.
Ketika seseorang menikah, otomatis dia perlu menyatukan pemikirannya dengan pasangannya. Bukan lagi saya atau kamu, tetapi kita. Demikian juga seseorang yang mengikuti Yesus, kita perlu menamakan pemikiran kita dengan pemikiran Yesus. Kunci dari pertobatan adalah mengetahui pikiran Kristus.
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Filipi 2:5
Semakin lama kita bergaul dengan seseorang kita akan lebih tahu pola pikirnya, apa yang dia suka, apa yang dia tidak suka, kita akan tahu kado yang tepat untuk dia di hari ulang tahun-nya. Semakin lama kita bergaul dengan TUHAN, kita juga akan mengerti pikiran-NYA.
Jangan menarik masa lalu ke masa kini
“Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” – Filipi 3:8
Paulus melepaskan masa lalunya karena pengenalannya akan Kristus. Sebagai murid dari Gamaliel, Paulus memiliki masa depan yang cerah di Majelis Agama Yahudi. Dia adalah seorang ahli Taurat dan orang Farisi yang cemerlang pada masanya. Tetapi dia melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah.
Untuk memeriksa apakah kita sudah melepaskan masa lalu kita:
Apakah kita masih suka menceritakan kemenangan-kemenangan kita dimasa lalu?
Apakah kita sering menangis ketika teringat oleh kenangan buruk dimasa lalu?
Apakah masih ada orang yang sulit kita ampuni?
Saya teringat dengan moto salah satu tim sepakbola Inggris berbunyi: “Rayakan kemenangan dan ratapi kekalahan hanya dalam jangka waktu 24 jam. Karena masih banyak pertandingan yang perlu dihadapi”. Ketika kita masih menceritakan kemenangan-kemenangan di masa lalu, kita masih hidup di masa lalu dan susah untuk melangkah ke depan. Kenangan buruk juga bisa mengoreskan luka yang dalam dan menciptakan schema atau perangkap hidup yang menghambat pertumbuhan rohani kita. Alasan luka itu terus mengangga, karena kita tidak bisa melepaskan pikiran akan masa lalu.
Selama anda tidak pernah membuang luka masa lalu dalam pikiran anda, luka masa lalu tidak akan meninggalkan anda. Anda akan tetap menjadi tawanannya di masa kini. Mari kita lupakan luka masa lalu sehingga mereka tidak mempengaruhi hidup kita di masa sekarang. Masa sekarang berakar dari apa yang kita tabur dalam pikiran kita sebelumnya.
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” 2 Kor 5:17
Ketika kita mengikuti Yesus, kita adalah ciptaan yang baru. Ketika anda berpikir dengan cara yang baru, sejarah baru akan tercipta untukmu. Kita perlu menghapus ingatan tentang luka dan kesedihan yang kita alami di masa lalu dengan pertobatan dan doa. Bertobat artinya mengubah cara berpikir. Pertobatan akan menghapuskan ingatan kita tentang masa lalu kita. Dengan doa kita menyerahkan segala masa lalu kita kepada TUHAN.
Pikiran yang mengingatkan kita akan masa lalu berasal dari Iblis. Dia terus mengikuti kita dan berkata kepada kita melalui pikiran kita :” Saya tahu masa lalu-mu, kamu tidak bisa berubah, Sudah berapa kali kamu mencoba berubah tapi tidak bisa, sudahlah, jangan berpikir tentang perubahan” atau “Sudahlah, dia tidak bisa berubah, sudah berapa lama kamu berusaha, dia tidak mengerti-mengerti juga.” Iblis akan terus menerus menipu kita dengan pikiran negatif, jika kita menjawab: ”Benar juga ya, hanya buang waktu dan tenaga, terima nasib saja.” berarti kita telah termakan tipuannya. Pikiran tentang masa lalu adalah cara iblis menghancurkan iman kita.
Menabur impian akan masa depan ke dalam pikiran hari ini
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” - Yeremia 29:11
Apakah anda percaya dengan ayat di atas? Mungkin Anda berpikir: “Ayat ini kedengarannya menyenangkan, tetapi mengapa masa depan yang penuh harapan itu kok belum kelihatan ya dalam hidup saya?
Ada beberapa penjelasan buat kita mengenai masalah ini:
Kondisi kita saat ini adalah hasil dari pemikiran kita di masa lalu.
Mungkin kita masih belum meninggalkan pikiran yang buruk di masa lalu, atau pikiran kemenangan kita di masa lalu.
Mungkin kita belum cukup lama menabur dan sebenarnya benih itu mulai tumbuh, tetapi masih tertutup oleh tanah, dan karena kita menyerah untuk percaya, benih itu akhirnya mati karena tidak kita sirami.
Mungkin kita telah meminta, tetapi kita tidak bersikap menerima
Tetapi satu hal yang pasti, Allah tidak perlu lalai akan janjiNya.
Apa impianmu di masa depan? Jenis impian seperti apa yang seharusnya dimiliki seorang Kristen? Gambarkan impianmu dalam setiap hari dalam doa.
“Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” – Markus 11:24
Sesungguhnya rahasia memiliki masa depan yang cemerlang adalah berdoa seolah-olah Anda telah menerimanya. Ketika mendoakan kondisi kita, pasangan kita, anak-anak kita, kita perlu percaya dan memiliki sikap telah menerima. Ketika kita berpikir TUHAN telah mengubahkan pasangan kita, ini akan mempengaruhi cara kita bicara dengannya, melayaninya dan ketika kita memberikan hal yang baik, kita akan menerima yang baik juga dari pasangan kita.
“dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.” Mazmur 37:4-5
Selesai
ConversionConversion EmoticonEmoticon