WALK BY FAITH, NOT BY SIGHT

Pernahkah Anda membayangkan jika Anda buta? Saya pernah mencoba berjalan dengan mata tertutup. Setelah beberapa langkah, saya merasa canggung dan kehilangan arah. Aneh rasanya berjalan dan tidak melihat arah kita. Dalam perjalanan rohani, seringkali kita kehilangan arah dan tersesat. Kita berusaha melihat dengan mata jasmani kita, tetapi arah perjalanan rohani hanya bisa dilihat melalui iman. Hari ini kita akan belajar dari perjalanan rohani Abraham dan ada tiga langkah iman yang bisa kita pelajari. Langkah iman yang pertama adalah:


1. JANGAN TAKUT MELANGKAH BERSAMA TUHAN


Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu”- Kejadian 12:1


Abram (sebelum namanya diganti menjadi Abraham) awalnya tinggal di Ur-Kasdim, bersama dengan keluarga dan sanak saudaranya. Mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya, dia akan meninggalkan kampung halamannya yang indah. Tetapi sebuah perintah dari TUHAN mengubah pemikirannya. Dia meninggalkan Ur-Kasdim menuju negeri yang belum pernah dilihatnya, karena dia percaya kepada TUHAN.


Tetapi Abram berangkat ke tanah Kanaan bersama dengan bapa-nya dan sanak- saudaranya. Sulit rasanya melangkah tanpa bapa-nya yang selama ini membimbing-nya dan juga sanak saudara yang dicintainya. Padahal perintah TUHAN jelas, untuk meninggalkan bapa dan sanak-saudaranya juga. Akhirnya Terah, bapa-nya dalam perjalanan memutuskan mereka akan tinggal di Haran. Mungkin Haran kota yang baik, tetapi itu bukan negeri yang TUHAN tunjuk. Tidak tercatat berapa lama mereka tinggal di Haran dan lupa akan perintah TUHAn, tetapi akhirnya Abraham memutuskan meninggalkan Ayahnya di Haran, ketika ayahnya masih hidup* dan membawa serta Lot menuju Tanah Kanaan dengan iman.


*KET: Jika kita melihat di Kej 11:26, Abram lahir ketika Terah berumur 70 tahun, dan Kej 12:4, Abram meninggalkan Haran pada waktu berumur 75 tahun, dengan kata lain, seharusnya umur Terah waktu itu 145 tahun, sedangkan di kej 11:32 tercatat Terah meninggal umur 205 tahun.


Tetapi Lot, keponakannya masih bersamanya. Padahal perintah TUHAN jelas untuk dia meninggalkan sanak saudaranya. Mungkin Abram sudah menganggap Lot sebagai anaknya sendiri, karena bapa Lot sudah meninggal di Ur-Kasdim dan Abraham tidak memiliki seorang anak-pun. Setelah di Kejadian 13:7-9, semuanya menjadi jelas. Setelah perkelahian antara gembala Abraham dan gembala Lot, Abraham memutuskan berpisah dari Lot. Lot memilih lembah Yordan yang subur, sedangkan Abraham memandang kepada Kanaan, negeri yang TUHAN janjikan kepadanya dengan iman.

Ketika kita mau melangkah bersama dengan TUHAN, seringkali kita dihadapkan pada pilihan sulit yang menguji iman kita. Bagi Abraham, sulit untuk meninggalkan kampung halamannya, bapa-nya, keponakannya yang sudah dianggap anaknya sendiri. Apa yang masih sulit kita tinggalkan? Mungkin kita masih bergantung kepada orang tertentu dalam hidup kita, sehingga kita ragu membuat keputusan yang pasti untuk melangkah bersama dengan TUHAN. Mungkin kita masih ragu untuk meninggalkan dosa kita, kenyamanan kita, kebiasaan buruk kita, sakit hati kita, masa lalu kita.


Ambillah keputusan untuk melangkah bersama dengan TUHAN. Jangan takut taat kepada firman-Nya. Dia tahu jalan yang terbaik untuk kita.



Saya teringat sebuah cerita tentang seorang pemuda yang berniat merantau ke kota. Tetapi dia ragu-ragu meninggalkan kampung halaman dan keluarganya. Akhirnya dia meminta nasihat kepada Tetua di kampungnya yang berkata: “Nak, rahasia kehidupan itu terdiri dari empat kata. Dua kata yang pertama adalah “Jangan takut”. Merantaulah, setelah kamu berhasil dan sempat pulang kampung, saya akan memberikan rahasia dua kata terakhir.” Mendengar nasihat Tetua tersebut, pemuda tersebut termotivasi dan berangkat ke kota. Singkat cerita, dia menjadi orang yang berhasil. Tetapi walaupun dia sudah mencapai impiannya, dia merasa ada sesuatu beban yang membuatnya tidak bisa menikmati apa yang sudah dicapainya. Akhirnya dia memutuskan pulang kampung demi menagih janji Tetua di Kampung. Sesampainya di kampung, rupanya dia mendengar Tetua tersebut sudah meninggal, tetapi meninggalkan sepucuk surat untuknya. Dengan tangan penasaran, dibukanya surat tersebut dan dua kata terakhir rahasia dari kehidupan adalah “Jangan Menyesal”. Setelah membaca isi surat tersebut, tiba-tiba, beban yang selama ini begitu berat menghimpit dirinya terangkat, karena memang, seringkali dia menyesali beberapa bagian hidupnya dan hari itu dia bisa melepaskannya.


Jangan takut dan jangan menyesal melangkah bersama TUHAN. Langkah iman yang kedua adalah:


2. TETAP MELANGKAH KETIKA ADA KENDALA


Ketika kelaparan timbul di negeri itu, pergilah Abram ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, sebab hebat kelaparan di negeri itu. – Kejadian 12:10


Ketika kita taat dan melangkah bersama dengan TUHAN, kita berharap TUHAN akan meluruskan jalan-jalan yang kita lalui menuju negeri penuh berkat. Ketika Abram tiba di tanah Kanaan, yang ditemukannya adalah kelaparan, sehingga mereka harus mengungsi ke Mesir. Pada saat itu, walaupun tidak tidak tahu pasti rencana TUHAN, dia tidak memutuskan mengunjungi Bapa-nya di Haran ataupun pulang ke Ur-Kasdim. Dia tetap melangkah ketika ada kendala dan saat itu TUHAN menuntunnya ke Mesir.


Terkadang ketika kita menghadapi kendala, kita maunya menyerah saja. Tetaplah melangkah karena di balik kendala ada rencana TUHAN. Ketika Abram ke Mesir, dia kelaparan, tetapi ketika dia keluar dari Mesir, kekayaannya bertambah, karena Firaun memberinya banyak kekayaan. Walaupun ketika Abram ke Mesir dan mengunakan rencana yang salah dengan berbohong tentang istrinya, TUHAN mengubah rencana yang salah dengan rencana yang luar biasa.


Saya teringat sebuah cerita tentang seorang raja yang pergi berburu di hutan dengan penasihatnya. Secara tidak sengaja, jari kelingking raja terpotong. Hal ini membuatnya sangat sedih dan kuatir. Penasihatnya berusaha menasihatinya dan berkata: “Apapun yang terjadi patut disyukuri”. Mendengar perkataan penasihatnya, raja marah dan memerintahkan prajurit menangkap dan memenjarakan penasihatnya serta mencopot jabatannya. Beberapa bulan kemudian, raja berburu lagi dengan penasihat barunya. Kali ini mereka tertangkap oleh suku primitive yang akan mengorbankan raja dan penasihatnya sebagai persembahan untuk dewa mereka. Tetapi karena raja dianggap persembahan yang cacat karena jarinya tidak lengkap, dia dibebaskan dan penasihat barunya saja yang dikorbankan. Raja segera dia teringat dengan penasihat lamanya yang pernah mengatakan: “Apapun yang terjadi patut disyukuri”. Penasihat lamanya dibebaskan dari penjara dan dikembalikan kedudukannya sebagai penasihat. Ketika raja menceritakan kepada penasihat itu tentang apa yang dialaminya, penasihat itu segera berlutut dan bersyukur dan berkata:”Apapun yang terjadi patut disyukuri. Saya bersyukur saya dipenjara oleh raja, karena jika saya ikut dengan raja, sayalah yang akan dikorbankan.


Apapun yang terjadi, patut disyukuri. Segala sesuatu pasti ada hikmatnya. Dengan bersyukur . beban hidup kita akan jauh lebih ringan. Tetap melangkah dengan iman walaupun ada kendala. Langkah iman yang ketiga adalah:


3. MELANGKAH MENUJU SETIAP KESEMPATAN YANG TUHAN TAWARKAN


“Ketika ia mengangkat mukanya, ia melihat tiga orang berdiri di depannya. Sesudah dilihatnya mereka, ia berlari dari pintu kemahnya menyongsong mereka, lalu sujudlah ia sampai ke tanah”
– Kejadian 18:2


Ketika melihat ada tiga tamu yang tidak dikenalnya di dekat kemahnya, Abraham berlari menyongsong mereka, sujud dihadapan mereka dan mengundang mereka untuk singgah di kemahnya serta menghidangkan berbagai makanan terbaik. Tanpa disadarinya, Abraham sedang menjamu TUHAN beserta malaikat-malaikat-Nya. Sikap melayani yang Abraham tunjukkan menuntunnya kepada kesempatan yang TUHAN sediakan, akhirnya karena iman-nya, dia diberkati dengan kelahiran Ishak, anak yang dinantikannya.


Melayani adalah sebuah sikap hati yang harus kita kembangkan, karena pelayanan membuka pintu-pintu kesempatan. Bekerjalah bukan hanya untuk gaji, tapi untuk memberkati orang lain dengan pelayanan kita. Ingatlah dengan kisah Charles Schwab, seorang office boy yang bekerja seolah-olah perusahaan tempat dia bekerja seperti perusahaannya sendiri, sehingga dia melayani dengan segenap hatinya. Tidak heran kemudian hari, dia diangkat menjadi CEO perusahaan tersebut dan di gaji 1juta US Dolar, gaji tertinggi pada masa itu. Kembangkanlah sikap melayani kepada pasangan kita, anak kita, keluarga kita, siapa saja dan kapanpun, maka pintu kesempatan akan menghampiri kita.


Akhirnya tetaplah melangkah dengan pasti dengan TUHAN, tetaplah melangkah ketika ada kendala dan kembangkan sikap pelayanan.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment