Bagian ke-2
Disiplin Seharusnya Sesuai dengan
Si Anak dan Pelanggarannya
Masih ada perdebatan panas diantara para orang tua tentang apakah hukuman fisik atau koreksi verbal/teguran adalah cara yang paling efektif untuk mendisilplin. Sebenarnya Alkitab menyarankan keduanya, tergantung pada kecenderungan individual setipa anak. Misalnya, dalam Amsal 23:13-14, Salomo menasihati:
“Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.”
Sebelum Anda melaporkan saya ke Komisi Perlindungan Anak, pahamilah bahwa Salomo tidak sedang menyarankan penganiayaan anak-anak. Orang tua seharusnya tidak mendisiplin seorang anak karena kemarahan atau dalam cara yang menyebabkan luka jasmani. Salomo hanya mengatakan bahwa jenis disiplin jasmani yang benar, dilakukan dalam roh koreksi yang penuh kasih, bukannya dalam kemarahan, tidak akan membahayakan anak tersebut. Sebaliknya, disiplin jasmani yang pantas akan mematahkan kemauan memberontak seorang anak-jenis kemauan memberontak yang jika dibiarkan tidak dikekang akhirnya akan berubah menjadi perlawanan terhadap Allah.
Tetapi Salomo juga mengatakan bahwa ada saatnya koreksi verbal atau teguran mungkin lebih efektif dibanding disiplin jasmani:
“Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.– Amsal 29:17
Kata yang diterjemahkan sebagai didik dalam ayat ini membicarakan tentang petunjuk verbal/teguran dan nasihat, bukannya hukuman fisik. Orang tua yang bijaksana mengerti bahwa tidak semua pelanggaran layak menerima hukuman yang sama. Dr. Ross Campbell, seorang ahli yang terkenal dalam masalah tugas orang tua, menggambarkan kebenaran tersebut dalam sebuah kisah tentang putranya sendiri:
“Setelah sebuah perjalanan keluar kota selama beberapa hari, saya pulang ke rumah dan menemukan putra saya, Dale yang baru berumur lima tahun, kelakuannya sangat menganggu saya dan orang sekitarnya. Dale menusuk kakaknya yang berumur sembilan tahun dengan jarum, ia mengganggu semua orang dan mengajukan tuntutan-tuntutan yang tidak masuk akal. Tanggapan pertama saya adalah saya akan menghukum dia dengan pukulan di pantatnya, tetapi sesuatu menghentikan saya. Saya berpikir: “Apa yang diperlukannya?” Jawabannya segera muncul, dia tidak melihat saya selama beberapa hari dan sedang menarik perhatian saya, apakah saya masih memperdulikannya? Dia membutuhkan saya.
Segera saya memeluknya dengan tidak mengatakan apapun juga. Anak kecil ini terdiam dalam pelukan saya, dan setelah tangki emosionalnya penuh, ia hidup kembali. Ia segera berlari mencari kakak laki-lakinya. Saat saya memasuki ruang keluarga, mereka sedang bermain bersama dengan rukun.”
ConversionConversion EmoticonEmoticon