7 Karakteristik Orang Tua yang Berhasil, No..3


Disiplin Seharusnya Didasarkan pada Kasih

“Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.” – Amsal 3:11-12


TUHAN mengasihi kita dengan cara mendidik dan mendisiplinkan kita. Ketidakpatuhan selalu mendatangkan disiplin dan disiplin membuktikan keaslian hubungan kita dengan Allah. Demikian juga kita harus mendisiplinkan anak-anak kita, bukan karena kita membenci mereka, tetapi karena kita mengasihi mereka. Orang tua yang mengasihi anak-anaknya akan mendisiplinkan mereka. 

Tetapi sebelum kita mulai menghukum anak-anak kita atas kesalahan yang mereka perbuatan, kita perlu mengetahui perbedaan antara disiplin dengan hukuman. Disiplin bertujuan membantu anak membangun control dalam dirinya, memberikan akan kesempatan untuk memperbaiki diri serta yang paling penting, membuat anak bertanggung jawab atas perbuatannya. Sementara hukuman hanya akan menunjukkan pada anak bahwa ia nakal dan layak dihukum. Kita perlu mendisiplinkan anak, bukannya menghukum anak.

Mengapa anak suka ‘nakal’ atau tidak berkelakuan seperti yang kita harapkan? Orang tua yang mengasihi anaknya akan mencoba memahami, mengapa mereka tidak berkelakuan baik. Ada kalanya mereka memang belum mampu, atau lagi capek, mengantuk, atau  karena aturan yang kurang jelas buat mereka, meniru orang tua, merasa dirinya tidak berharga, atau bahkan melindungi dirinya sendiri. Jadi, kenali dulu alasan mereka melakukan kesalahan tersebut.

 Pada anak-anak terutama di bawah 5 tahun, sambungan otak mereka belum sempurna. Sebagian tingkah laku mereka didorong oleh perasaan atau emosi. Jadi, sebelum menghukum anak, pikirkan perasaan mereka, kenali latar belakang mengapa mereka melakukan sebuah aksi tertentu. 

Ada dua aspek perasaan anak yang harus diperhatikan. Pertama, perasaan apa yang mendorong perbuatan anak. Misalnya, rasa ingin tahu, capek, dan lain sebagainya. Kedua adalah bagaimana perasaan anak setelah proses pendisiplinan terjadi. Proses pendisiplinan tidak akan berguna jika selama proses anak merasa terhina, bodoh atau takut. Hargai perasaan anak, jangan karena dia anak kecil dan kita menganggap dia tidak tahu apa-apa, kita jadi tidak  memikirkan perasaannya.

      Jadi disiplin berdasarkan aturan harus dibuat berdasarkan kepedulian dan rasa cinta. Aturan harus jelas dan masuk akal, libatkan anak dalam membuat peraturan dan berusahalah menerapkannya secara konsisten. Orang tua, jangan lupa jadi teladan  bagi anak-anak Anda.    

Previous
Next Post »
Thanks for your comment