Cinta Bukan Izin Untuk Mengubah Atau
Mengendalikan Pasangan Anda
Menjalin suatu hubungan tidak berarti kita mendapatkan hak untuk mengubah ataupun mengendalikan pasangan kita. Seperti yang Paulus katakan di 1 Korintus 3:6 “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan”, demikian juga dalam menjalin suatu hubungan, kita menjalankan peran kita untuk mengasihi pasangan kita, tetapi pertumbuhan atau perubahan pasangan kita adalah bagian TUHAN, tidak dibawah kendali kita. Jadi jika kita berusaha mengendalikan pasangan kita, itu artinya kita berusaha memainkan peranan TUHAN. Makanya hasil dari seseorang yang selalu berusaha mengubah atau mengendalikan pasangannya tidak akan baik. Karena itu berhentilah mengubah ataupun mengendalikan pasangan Anda dan percayakan pada TUHAN.
Secara alamiah, seseorang tertarik dengan orang yang berbeda dari dirinya. Laki-laki tertarik dengan perempuan, seorang yang pendiam tertarik dengan seorang yang ceria, seorang yang serius tertarik dengan seorang yang suka bercanda. Mereka saling tarik menarik seperti magnet kutub utara dan kutub selatan.
Tetapi setelah berpacaran atau menikah, secara alamiah juga, seseorang berusaha mengubah pasangannya baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Mereka berusaha menjadikan pasangannya seperti dirinya.
Saya ingat, ketika baru berpacaran dengan istri saya, saya berusaha mengubah caranya berpakaian. Hasilnya adalah dia marah dengan saya. Mencintai seseorang tidak sama dengan mendapatkan izin untuk mengubahnya. Justru kita perlu menerima pasangan kita apa adanya. Dengan berjalannya waktu, seiring interaksi kalian berdua, hal-hal yang perlu diubah akan berubah dengan sendirinya hasil adaptasi satu sama lain dan hal-hal yang tidak perlu diubah akan tetap disana.
Jadi tidak perlu mengubah pasangan Anda seperti Anda. Dia tidak harus berpikir seperti Anda, tertawa seperti Anda, disiplin/teratur seperti Anda, makan makanan yang Anda sukai, suka dengan hobi Anda atau hal-hal yanganda sukai. Jika Anda begitu suka jika jika pasangan Anda menjadi seperti yang Anda inginkan, mengapa Anda tidak menikahi diri Anda sendiri? Bukankah justru perbedaan itu indah yang membuat hidup Anda berwarna? Belajarlah menerima perbedaan. Belajarlah terimalah pasangan Anda apa adanya. Hargai perbedaannya dengan Anda, maka dia juga akan menghargai Anda.
Mungkin Anda masih ingat dengan lagu Posesif yang dinyanyikan grup musik Naif : “Bila kumati, kau juga mati…”. Rupanya banyak orang yang secara sadar ataupun tidak, setelah memiliki pasangan, berusaha mengendalikan pasangannya. Dia ingin pasangannya selalu lapor kemana dia pergi, bersama dengan siapa, siapa yang sms atau telp. Mungkin kecurigaan dan kecemburuan yang timbul akibat salah satu orang tuanya pernah selingkuh di masa lalu dan hal ini telah menjadi semacam trauma, sehingga dia sulit mempercayai pasangannya. Tetapi jika hal ini tidak bisa diatasi, tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik.
Jika pasangan yang ditindas bertahan, dia tidak akan bahagia dan kebahagiaan sepihak bukanlah cinta tapi penjajahan. Cinta seharusnya membahagiakan kedua belah pihak. Pilihan yang lain bagi pasangan yang ditindas adalah pergi. Tidak terhitung berapa banyak perceraian akibat usaha mengendalikan pasangan. Percayakan pengendalian kepada TUHAN!
ConversionConversion EmoticonEmoticon