Dengarkanlah Nasihat Orang-orang
dalam Kehidupan Anda
Bagian ke - 1 “Tiga Alasan Orang Menentang Teguran
Beberapa bulan yang lalu, ketika saya ke kantor SAMSAT untuk mengurus surat kendaraan, mata saya tertuju kepada sebuah spanduk yang menarik perhatian saya. Spanduk itu berbunyi: “Tegurlah kami, jika kami salah”. Tentu saja saya menghargai pihak SAMSAT yang mau membuka dirinya terhadap masukan dari masyarakat, walaupun saya ragu ada yang berani menegur pegawai SAMSAT yang rata-rata adalah polisi.
Suatu teguran adalah suatu keadaan yang dimunculkan Allah dalam kehidupan kita untuk memperingatkan kita tentang dosa dan mendorong kita untuk berbalik dari dosa tersebut. Teguran-teguran seperti itu bisa muncul melalui keadaan-keadaan sulit seperti sebuah musibah ataupun nasihat dari sahabat maupun kritikan musuh kita. Kita mempunyai pilihan untuk menanggapi teguran-teguran tersebut. Kita dapat menerima koreksi dan membuat beberapa perubahan yang diperlukan, atau kita dapat menolak teguran tersebut dan meneruskan kelakuan kita.
Perhatikanlah bagaimana Salomo membandingkan tanggapan orang yang memilih untuk mendengarkan teguran dan yang tidak.
“Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu.” – Amsal 12:1
“Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak. Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi.” - Amsal 15:31-32
MENGAPA KITA MENENTANG TEGURAN
Teguran sebenarnya baik bagi kita. Tetapi kita cenderung mempunyai sikap yang sama terhadap teguran dengan sikap kita terhadap olahraga: “Aku tahu itu baik bagiku, tetapi…”. Mengapa sebagian besar dari kita mengalami kesukaran menerima koreksi dari atasan kita, saran dari sahabat-sahabat kita, nasihat dari pasangan kita, kritik dari musuh-musuh kita, atau disiplin dari Allah? Saya telah memperhatikan paling tidak ada tiga alasan mengapa orang cenderung menentang teguran.
1. KESOMBONGAN, orang sombong sering berpikir: “Saya tidak seperti yang dia katakan”
Sekitar sepuluh tahun yang lalu, diawal pelayanan saya di Yogyakarta, saya membawakan sebuah khotbah yang penuh dengan semangat. Selama khotbah saya memperhatikan banyak yang menyimak dengan serius dan mencatat, termasuk pembimbing rohani saya. Setelah selesai berkhotbah, saya mendapatkan banyak ucapan terima kasih dari saudara-saudari yang merasa terbantu oleh khotbah yang saya sampaikan.
Tibalah saya dihadapan pembimbing yang memuji khotbah saya dan memberikan dua lembar catatannya yang penuh dengan masukan. Ketika saya membaca masukannya, saya sempat down dan berpikir bahwa pembimbing rohani saya terlalu perfeksionis, mengapa dibalik pujiannya ada masukan yang begitu banyak? Bukan ini yang saya ingin dengar. Tetapi setelah berhasil menguasai perasaan saya yang sempat terluka, saya membaca ulang masukannya dan saya melihat kebenaran. Hari ini saya bersyukur pernah dibimbing dan dilatih olehnya, sehingga saya mengerti khotbah yang lebih baik.
Tak seorangpun menyukai kritik. Sifat alami manusia terhadap koreksi pada awalnya selalu negatif, tetapi reaksi akhir kita pada teguranlah yang benar-benar penting.
Walaupun Salomo mengerti pentingnya mendengarkan teguran, putranya tidak memperhatikan nasihat ayahnya sama sekali saat ia menggantikannya sebagai raja Israel. Saat Rehabeam naik takhta, bangsa Israel telah terperas habis jasmani dan ekonomi akibat dari program-program pembangunan besar-besaran yang telah dilakukan Salomo. Jadi mereka menghadap raja baru dengan sebuah permohonan. :”Raja Rehabeam, kami mencintai ayahmu, tetapi ia terlalu banyak menuntut. Tolong berikanlah kepada kami sedikit keringanan pajak dan perlihatkanlah sedikit rasa iba kepada kami, dan kami akan mematuhimu selamanya.“
Sayangnya, Rehabeam menanggapi dengan cara yang sama yang dilakukan oleh salah seorang presiden Amerika Serikat terkenal yang dahulu selalu menjawab saran-saran dari bawahannya: “Jika Anda begitu pandai, mengapa bukan Anda yangmenjadi presiden?” Rehabeam menanggapi dengan kesombongan dengan mengatakan:
“Kelingkingku lebih besar dari pada pinggang ayahku! Maka sekarang, ayahku telah membebankan kepada kamu tanggungan yang berat, tetapi aku akan menambah tanggungan kamu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi.
-1 Raja-raja 12:10-11
Jika Anda pernah menjawab kritik dengan cara seperti itu, Anda mungkin
pernah merasakan perasaan menang setelah Anda mendamprat orang-orang yang mengkritik Anda dan berpikir. “Biar mereka tahu, dengan siapa mereka berurusan”. Tetapi biasanya kemenangan permulaan seperti itu hanya berlangsung singkat. Para pengkritik Anda belum selesai dengan Anda. Mereka belum selesai dengan Rehabeam. Bangsa Israel memberontak, kerajaan terpecah menjadi dua, dan raja muda yang sombong itu dipersalahkan karena perang saudara yang menghancurkan bangsanya.
Mengapa Rehabeam dan kita sulit menerima masukan dari orang lain? Menurut Teori Jendela Johari, ini dikarenakan kita memiliki wilayah yang disebut dengan Blind Spot atau titik buta, dimana orang lain bisa melihat permasalahan kita dengan jelas tetapi kita tidak bisa melihatnya. Kita perlu mengerti bahwa setiap dari kita memiliki titik buta ini dan kita memerlukan bantuan orang lain memberi masukan kepada kita jika kita ingin meraih keberhasilan dalam kehidupan. Jadi sebenarnya teguran baik untuk kita, sedangkan kesombongan membutakan kita.
Salomo mengerti bahaya dari kesombongan. Mungkin ia sedang memperhatikan kecenderungan-kecenderungan dalam diri putranya sendiri saat ia menulis:
“Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati menerima pujian.” – Amsal 29:23
Ketika Muhammad Ali masih memegang gelar juara bertahan kelas berat tinju dunia. Dalam sebuah penerbangan, ia duduk di kursi kelas satu sebuah pesawat jumbo jet yang sedang bersiap-siap untuk tinggal landas. Pramugari datang dan dengan sopan meminta Muhammad Ali untuk memakai sabuk pengaman. Ia memandang wanita itu dan berkata: “Superman tidak membutuhkan sabuk pengaman” Tanpa ragu-ragu, si pramugari menjawab :”Superman tidak membutuhkan pesawat terbang”.
2. KETAKUTAN, orang takut sering berpikir: “Saya tidak perlu tahu, supaya saya bisa melanjutkan hidup saya dengan tenang.”
Alasan kedua yang menyebabkan orang menentang koreksi adalah ketakutan. Misalnya, Yayasan Kanker Amerika menghabiskan jutaan dolar setiap tahun untuk mendeteksi dini Kanker melalui medical check up secara gratis dengan mendatangi rumah penduduk setempat. Tetapi ribuan orang menentang pemeriksaan-pemeriksaan pencegahan tersebut dan meninggal dengan sia-sia. Mengapa? “Saya takut mengetahui hasilnya,” adalah jawaban yang sering kita dengar.
Luar biasa! Jelas, bahwa pergi ke dokter tidak menyebabkan penyakit kanker, tetapi orang yang takut seringkali tidak bisa membedakan mana pendeteksi suatu masalah dengan penyebab suatu masalah.
Menyembunyikan suatu penyakit dari diri sendiri maupun orang lain tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang baik. Penyakit tersebut akan menuju kearah yang buruk dan orang lain tidak bisa membantu kita. Demikian juga dengan menyembunyikan diri dari teguran tidak akan menyelesaikan masalah kita, justru membuatnya lebih parah. Ketakutan membutakan kita melihat manfaat dari teguran. Sebenarnya ketakutan kitalah yang harus kita takuti, bukan teguran yang datang.
“Takut kepada orang mendatangkan jerat, tetapi siapa percaya kepada TUHAN, dilindungi.” – Amsal 29:25
3. KEMALASAN, orang malas sering berpikir: “Saya sudah merasa puas dengan kondisi saya saat ini.”
Dua kata yang paling menakutkan dalam bahasa Inggris sama-sama dimulai dengan huruf C, yaitu cancer (kanker) dan change (perubahan). Salah satu alasan yang menyebabkan orang menolak koreksi adalah karena koreksi menuntut perubahan dan perubahan menuntut usaha.
v Nasihat dokter Anda mungkin menuntut perubahan radikal dalam gaya hidup Anda.
v Konseling dengan konselor ataupun pendeta mungkin menuntut perubahan pada sikap Anda terhadap pasangan.
v Parenting menuntut Anda memberikan perhatian dan waktu ektra bagi anak-anak Anda, ketika Anda capek sehabis pulang kerja atau pelayanan.
v Bimbingan dari pembimbing rohani mungkin menuntut perubahan pada kerohanian dan pengaturan ulang waktu Anda.
Masing-masing masukan ini menuntut perubahan yang membutuhkan usaha-usaha yang cenderung ditentang oleh sebagain besar dari kita. Karena itu kita cenderung menghindarinya. Saya telah sampai pada kesimpulan, bahwa sebagian besar dari kita, jika kita mau jujur, sebenarnya sangat pemalas. Kita adalah hasil dari Hukum Gerak Newton: “Sebuah benda yang diam tetap diam.” Itulah sebabnya tanggapan termudah pada teguran adalah tidak melakukan apapun. Tetapi jika kita gagal mengizinkan teguran-teguran kehidupan menggerakkan kita untuk bertindak, hasilnya dapat menjadi bencana. Ini membantu menjelaskan mengapa Salomo dengan tegas mengatakan:
“Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu.”- Amsal 12:1
Ingatlah bahwa kita tidak sampai pada tujuan yang kita inginkan dengan kebetulan saja. Jika kita tidak melakukan apapun, kita cenderung menjauhi impian-impian kita. Saya teringat dengan seorang Atheis Finlandia yang menyatakan dalam surat wasiatnya bahwa ia ingin memberikan tanah pertaniannya kepada iblis. Saat ia meninggal, sistem hukum tidak tahu bagaimana caranya melaksanakan permintaan itu. Akhirnya, setelah mempertimbangkan masak-masak selama berminggu-minggu, pengadilan memutuskan bahwa cara terbaik melaksanakan keinginan petani itu adalah dengan membiarkan rumput-rumput liar dan semak belukar mengambil alih tanah pertanian itu, membiarkan rumah dan lumbug tetap tidak dicat dan akhirnya menjadi lapuk. Pengadilan menyatakan dalam keputusannya, “Cara terbaik untuk memberikan iblis memiliki apa pun adalah dengan tidak melakukan apa pun.
Tentu saja kita tidak ingin kesombongan, ketakutan dan kemalasan menghambat pertumbuhan kita dalam memperoleh manfaat dari nasihat ataupun teguran yang kita dapatkan. Karena itu, minggu depan kita akan membahas langkah-langkah terbaik menanggapi teguran dengan bijaksana. Semoga Bermanfaat, Kemuliaan Bagi Tuhan!
ConversionConversion EmoticonEmoticon