Listen To The Counsel of The People In Your Life

Dengarkanlah Nasihat Orang-orang 
dalam Kehidupan Anda
Bagian ke - 2  “Empat Saran Untuk Merespon Teguran”

Minggu yang lalu kita telah belajar tiga alasan mengapa orang cenderung menentang teguran, yaitu karena kesombongan, ketakutan dan penolakan terhadap perubahan. Tak seorangpun dari kita yang  menyukai kritik. Sifat alami manusia terhadap koreksi pada awalnya selalu negatif. tetapi reaksi akhir kita pada teguranlah yang benar-benar penting. Dan sebenarnya teguran itu baik bagi kita, tetapi sikap kita terhadap teguran hampir mirip dengan sikap kita terhadap olahraga: “Aku tahu itu baik bagiku, tetapi…”.

Kita tahu, atlet olahraga yang berprestasi tidak dilahirkan hanya karena mereka memiliki bakat yang istimewa. Bakat memang penting, tetapi yang menjadikan mereka atlet yang berprestasi adalah sikap mereka yang terbuka terhadap kritikan, masukan, teguran, nasihat, terutama dari pelatihnya . Demikian juga jika kita ingin berhasil dalam kehidupan kita, izinkan saya memberikan empat saran dalam menanggapi teguran. Yang pertama:

1. NANTIKANLAH TEGURAN

Walaupun kritik, kecelakaan, kematian, bangkrut, di PHK, perceraian mungkin dapat kita hindari dalam suatu dunia yang sempurna, semuanya itu tidak dapat dihindari dalam dunia kita. Mengapa? Karena Anda dan saya tidaklah sempurna.


Jumat yang lalu, setelah melalui serangkaian penyelidikan, terungkap kecelakaan naas pesawat terbang yang menewaskan Presiden Polandia, Lech Kaczynski beserta 100 penumpang lainnya diakibatkan oleh kesalahan pilot. Pilot telah menempatkan pesawat berada pada posisi yang salah ketika mendarat, dan telah ditemukan kadar Alkohol dalam darah pilot pada waktu itu. Akibat kesalahan satu orang, bisa mendatangkan akibat-akibat yang menghancurkan bagi orang lain.

Ingatlah ini baik-baik: “Anda tidak sempurna karena Anda berdosa”. Beberapa kesalahan yang Anda lakukan adalah kesalahan-kesalahan kecil, tetapi beberapa diantaranya adalah kesalahan-kesalahan besar. Dan akan ada orang yang dengan sukarela akan mengingatkan kita akan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan berupa teguran.

Bersyukurlah karena kita adalah pengikut Tuhan. Meskipun kesalahan-kesalahan tidak dapat dihindari, dalam  Tuhan, semuanya dapat diampuni. Salah satu ayat favorit saya dalam perjanjian lama adalah Mazmur 103:14:

“Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.”

Allah mengerti ketidaksempurnaan kita, kadang-kadang lebih baik dari diri kita sendiri. Ini yang menyebabkan Ia mau mengampuni dosa-dosa kita. Tetapi terkadang teguran datang ketika kita tidak bisa melihat atau tidak mau mengakui kesalahan kita. Allah akan mengijinkan berbagai hal terjadi untuk mengingatkan kita, termasuk teguran dari orang –orang sekitar kita.
Jadi, ketika teguran datang dalam hidup Anda, jangan kaget! Karena selama Anda belum sempurna, ia pasti datang.

2. EVALUASI TEGURAN

Tidak semua kesukaran yang kita alami harus disebut teguran. Kadang-kadang kritik yang kita hadapi disebabkan oleh keberanian iman kita, seperti yang terjadi pada para rasul selama pelayanan mereka. Pada saat lain, Allah menggunakan pencobaan untuk memperkuat kita:

“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,  sebab kamu tahu,
bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.”
- Yakobus 1:2-3

Kadang-kadang masalah yang kita hadapi hanya merupakan akibat dari kehidupan dalam dunia yang penuh dosa. Yesus berkata:

“...Dalam dunia kamu menderita penganiayaan...”
Yohanes 16:33

Kita memerlukan hikmat Allah untuk menentukan penyebab masalah-masalah yang kita hadapi. Bukan kebetulan jika Yakobus meneruskan komentarnya tentang pencobaan-pencobaan dalam kehidupan dengan perintah ini:

“Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, —yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit—,maka hal itu akan diberikan kepadanya.” – Yakobus 1:5

Apakah hubungan antara hikmat dengan pencobaan-pencobaan dalam kehidupan? Kadang-kadang kita memerlukan pendapat Allah untuk menentukan apakah masalah-masalah kita adalah akibat dari pengujian Allah, koreksi Allah, atau kebodohan kita sendiri. Untuk membantu Anda membuat keputusan ini, izinkan saya menyarankan tiga pribadi yang seharusnya Anda tanyai saat Anda menghadapi suatu masalah:

1. Allah. Mintalah Allah untuk menunjukkan dosa apa pun dalam Kehidupan Anda yang mungkin tidak Anda sadari yang mungkin merupakan penyebab teguran yang Anda alami. Izinkanlah saya mengusulkan doa yang ayah Salomo, Daud, panjatkan:

“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” –Mazmur 139:23-24

Izinkan saya meyakinkan Anda, bahwa Allah akan senang menjawab doa seperti ini! Jangan terksjut jika, segera setelah Anda menaikkan permohonan ini, Allah menyingkapkan beberapa kebiasaan atau dosa yang perlu ditinggalkan, kata-kata yang perlu ditarik kembali, penghinaan yang perlu diampuni, atau hubungan-hubungan yang perlu diperbaiki.

2. Seorang Sahabat atau Pembimbing yang dapat dipercayai. Walaupun salah jika kita menerima semua kritik yang dilancarkan kepada kita, saya yakin bahwa lebih salah lagi untuk secara otomatis mengabaikan semua teguran, baik dari  lawan maupun orang-orang terdekat kita. Tetapi kita semua mempunyai kecenderungan alami untuk menentang kritik dari para pengkritik kita. Itulah sebabnya kita memerlukan sahabat atau pembimbing yang mau berdebat dengan kita betapapun menyakitkannya itu. Salomo mengerti betapa berharganya orang seperti itu saat ia menulis:

“Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.” – Amsal 27:6

3. Diri Anda Sendiri. Benar. Kadang-kadang bertukar pikiran dengan diri Anda sendiri memberikan pandangan terbaik terhadap teguran-teguran yang Anda hadapi. Lihatlah riwayat kehidupan Anda. Apakah Anda melihat suatu pola kesalahn yang Anda lakukan berulang kali? Anggapan-anggapan apakah yang menuntun Anda untuk membuat kesalah-kesalah itu? Perubahan apakah sebenarnya yang dapat Anda lakukan sehingga kekeliruan itu dapat dihindari? Perubahan-perubahan apakah yang ahrus dibuat di masa depan? Menurut Albert Einstein, orang yang melakukan hal yang sama berulang kali dan mengharapkan hasil yang berbeda adalah orang gila! Salomo menggunakan sebuah gambaran yang bahkan lebih jelas lagi saat ia menulis:

“Seperti anjing kembali ke muntahnya, semikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya.” – Amsal 26:11


3. SAMBUTLAH TEGURAN
Saya menyukai kisah tentang seorang eksekutif muda sebuah bank yang sedang mempersiapkan diri untuk menggantikan pendiri bank legendaris sebagai direkturnya. Saat ia bersiap-siap untuk menerima jubah kepemimpinan, ia meminta pembimbingnya memberikan beberapa nasihat kepadanya.

“Pak, dalam masa kepemimpinan Bapak yang lebih dari empat puluh tahun, apakah rahasia keberhasilan Bapak yang luar biasa itu?”
Orang tua tersebut memandang dari meja kerjanya dan menjawab dengan kasar dan acuh tak acuh, “Dua kata. “Keputusan Tepat”.”
Si eksekutif muda itu terkesan dengan kesederhanaan jawaban itu tetapi merasa terdorong untuk menanyakan pertanyaan berikutnya yang tidak dapat dihindari. “Pak, apakah kunci untuk membuat keputusan yang tepat?”
Si direktur menjawab, “Satu kata: “Pengalaman”.
Si Pemimpin terpilih berpikir tentang jawaban tersebut sejenak dan berkata, “Maafkan saya karena mengejar masalah ini, tetapi saya harus menanyakan satu pertanyaan terakhir. Apakah kunci untuk mendapatkan pengalaman yang dieprlukan untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat?”
“Dua kata.” Jawab orang tua itu. “Keputusan Buruk”.

Kita semua akan membuat keputusan-keputusan buruk dalam kehidupan. Tetapi keputusan-keputusan buruk (serta teguran-teguran yang meyertainya yang tidak dapat dihindari) tidak menjamin bahwa kita akan mendapatkan hikmat untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang sama di masa depan. Kita masing-masing harus memutuskan bagi diri kita sendiri bagaimana menangapi koreksi. Jika kita mengizinkan ego yang terluka, ketakutan terhadap masa depan, atau penolakan untuk berubah menyebabkan kita menolak teguran, kemungkinan besar kita akan menderita karena akibat-akibatnya:

“Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi.
 – Amsal 29:1

          Dilain pihak jika kita memilih untuk belajar dari kesalahan-kesalahan masa lampau, kita benar-benar dapat mengabil keuntungan dari kesalahan-kesalahan tersebut:

“Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.”
- Amsal 19:20

Salomo mungkin sedang memikirkan ayahnya, Daud, saat ia membandingkan tanggapan-tanggapan positif dan negatif terhadap koreksi. Anda pasti ingat bahwa pada puncak kekuasaannya, Daud bertindak sesuka hatinya sendiri dalam sebuah hubungan perzinaan dengan Batsyeba. Saat ia memberitahukan Daud bahwa ia sedang mengandung, sang raja menjadi panic dan segera merancang sebuah rencana untuk menutupi dosanya yang menyebabkan suami Batsyeba terbunuh. Selama masa enam bulan sampai setahun, Daud berusaha menutupi dosanya. Selama masa ini, tidak ada seorangpun yang menantang Daud secara langsung mengenai dosanya. Tetapi jauh didalam hatinya, ia merasakan tekanan bersalah. Ia merasakan tatapan aneh dari para bawahannya di istana. Ia merasakan perubahan sikap dari para penasihatnya. Ia memperhatikan bagaimana orang berbisik-bisik dan segera terhenti ketika ia memasuki ruangan. Ia merasakan tekanan yang terus menerus akibat rasa bersalahnya. 

Tetapi Daud menolak untuk menanggapi semua teguran yang didatangkan Allah ke dalam hidupnya itu. Menggambarkan masa tersebut, Daud kemudian menulis:

“Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas.” – Mazmur 32:3-4

Tetapi Allah belum selesai berurusan dengan hamba pilihan-Nya itu. Pada suatu hari yang dimulai deperti hari-hari lainnya, Nabi Natan bergegas masukke dalam istana dan didepan para penasihat dan media massa istana yang sedang berkumpul, mengacungkan telunjuknya yang kurus kepada Daud dan berkata, “Bersalah.” Jelas, Daud bisa saja menyangkal tuduhan itu dan memerintahkan untuk menghukum mati nabi Natan. Tetapi dalam sekejab, Daud membuat keputusan yangmenyelamatkan karier, keluarga, dan hubungannya dengan Allah. Ia mengakui kesalahannya, menerima pengampunan Alah, dan mengubah hidupnya. Mari kita kembali membaca kelanjutan Mazmur 32 dan bagaimana Daud membandingkan perbedaan antara menolak teguran dengan menyambut teguran:

“Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.” – Mazmur 32:5

Ayat ini mengungkapkan kelegaan yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang mengakui kesalahan-kesalahan mereka, bukan yang menutupinya.

4. PERCAYAKANLAH TEGURAN-TEGURAN ANDA KEPADA ALLAH

Akhirnya, satu-satunya cara untuk menyingkirkan kesombongan, ketakutan dan penolakan yang secara alami membanjiri hati kita saat teguran datang adalah mempercayai bahwa Allah telah mengizinkan semua teguran itu masuk ke dalam kehidupan kita adalah untuk suatu maksud tertentu. Kita bukan korban dari orang-orang yang memusuhi kita atau orang-orang yang kurang memahami kita. Allah mengendalikan semua yang terjadi pada kita, termasuk Ia juga mengijinkan kritik, masukan, nasihat, teguran, bahkan yang tidak pantas sekalipun masuk dalam hidup kita dengan maksud tertentu.

Setelah Daud meminta pengampunan Tuhan atas dosanya dalam masalah Batsyeba, ia mengalami kelegaan sejati. Tetapi pengampunan TUhan tidak menghindarkan Daud dari akibat-akibat permanen dari dosanya, antara lain anak dari hasil perzinaannya dengan Batsyeba meninggal, anaknya memberontak, keluarganya berantakan dan kerajaannya terpecah-pecah. Tetapi Daud mengerti bahwa akibat-akibat seperti itu sebenarnya adalah bukti kasih Allah kepadanya, yang tertujuan untuk mengingatkan dia tentang rasa sakit akibat ketidaktaatan kepada Tuhan. Ia kemudian menulis:

“Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu” .– Mazmur 119:67
Setiap kali Daud dicobai untuk menjauh dari Allah di kemudian hari ia ingat pada rasa sakit penghakiman Allah, dan rasa sakit itu menjaganya untuk tetap dekat dengan Tuhan. Benar, teguran-teguran Allah menguntungkan, tetapi semua itu juga menyakitkan. Daud sudah merasa pening karena teguran-teguran Allah saat entah dari mana muncul serangan lainya.

“Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia terus-menerus mengutuk. Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya dengan batu, walaupun segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri kanannya. Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk: "Enyahlah, enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila! TUHAN telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja, TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah." – 2 Samuel 16:5-8

Benar-benar menendang orang yang sudah jatuh! Itulah yang dilakukan Simei. Memang mudah mengabaikan serangan-serangan yang tidak disertai kebaikan. Tetapi yang membuat tuduhan-tuduhan Simei khususnya menyakitkan bagi Daud adalah karena semuanya didasarkan pada kebenaran. Ia memang bersalah. Tetapi, Daud memiliki seorang sahabat bernama Abisai:

“Lalu berkatalah Abisai, anak Zeruya, kepada raja: "Mengapa anjing mati ini mengutuki tuanku raja? Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal kepalanya."” 2 Samuel 16:9

Anda menyukai sahabat seperti itu, bukan? 

“Tetapi kata raja: "Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?"… Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian.” 2 Samuel 16:10-11

Daud telah mengevaluasi teguran Simei dan cukup bijaksana untuk melihat suatu kebenaran dibalik serangan orang itu. Tetapi yang terpenting adalah Daud percaya pada kedaulatan Tuhan. Ia tidak percaya tindakan Simei  yang menyebabkan rasa sakit, justru ia melihat Simei sebagai alat di tangan Tuhan untuk menolongnya mendatangkan perubahan yang diperlukan dalam kehidupannya.

Apakah Anda memiliki sikap seperti Daud? Sebelum Anda memiliki sikap-sikap di atas, Anda  tidak akan pernah sanggup untuk mengevaluasi dan menyambut teguran-teguran Allah. Teguran-teguran itu sendiri adalah bukti kasih dan kepeduliaan Allah kepada Anda. Mungkin belajar dari kehidupan Ayahnya, Salomo menarik kesimpulan:

“Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.” Amsal 3:12

Semoga bermanfaat, kemuliaan bagi TUHAN!
Previous
Next Post »
Thanks for your comment