Hati yang Gembira adalah Obat
Sepanjang minggu ini, Cedric, anak kami sakit. Dimulai dari minggu yang lalu setelah ibadah, badannya agak panas. Kami bawa dia ke rumah sakit dan dokter memberinya obat. Pergumulan kami adalah ketika meminta Cedric minum obat yang lumayan banyak. Sepengetahuan kami, jarang ada anak yang suka minum obat, Cedric termasuk yang tidak. Kami sampai harus memaksanya minum obat dengan berbagai macam cara. Jadi sepanjang minggu ini, dia agak rewel karena sakit.
Beberapa hari kemudian, istri saya juga sakit. Kondisi ini memaksa saya mengambil tanggung jawab lebih dalam keluarga, di saat banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Belum lagi beberapa kabar buruk yang datang kepada kami minggu ini. Jadi, ketika mencoba menyiapkan khotbah yang akan kita bahas hari ini tentang hati yang gembira, jujur saya bergumul.
Mungkin minggu ini kita juga menghadapi situasi yang sulit bagi kita. Kita menerima kabar buruk yang sulit kita terima, kebenaran yang sulit untuk ditelan, kondisi yang sulit dimengerti, persoalan yang belum diselesaikan dan kita bergumul untuk tetap memiliki hati yang gembira. Ketika bergumul, saya sempat mengambil waktu mengevaluasi sikap saya sepanjang minggu ini. Apakah dengan kondisi yang saya hadapi, saya memilih sikap yang positif atau negatif? Apakah saya lebih banyak membantu, memahami serta menerima situasi yang ada, memberi semangat kepada orang lain? Atau saya lebih banyak mengeluh, menuduh, menyalahkan orang lain?
Menyiapkan khotbah tentang hati yang gembira, membantu saya melihat situasi ini dengan lebih jelas. Bahwa kita tidak bisa mengatur peristiwa yang terjadi kepada kita, tetapi kita bisa mengatur sikap kita dan sikap yang terbaik adalah hati yang gembira.
MENGAPA PENTING MEMILIKI HATI YANG GEMBIRA?
1. Karena Allah Peduli
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. –Roma 8:28
Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan dosa, penderitaan dan beban hidup. Dalam dunia yang sulit ini, banyak orang tawar hati dan hidup dalam kepahitan. Tetapi puji Tuhan, melalui Tuhan kita Yesus Kritus, Allah menawarkan pengampunan, keselamatan, pembebasan. Ayat di atas mengatakan “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu”, ini berarti Allah bekerja dalam hidup kita ketika kita dalam kondisi baik ataupun buruk, sehat ataupun sakit, kelimpahan ataupun kekurangan. Ia memperhatikan kita, walaupun kita merasa tertekan, Ia peduli kepada kita meskipun kita merasa ditinggalkan. Ia mengasihi kita.
Saya ingin cerita sedikit tentang Ronald Reagan, presiden ke-40 Amerika Serikat. Dia adalah presiden Amerika Serikat yang hidup paling lama dibandingkan presiden lainnya yaitu 93 tahun 119 hari. Ketika ia berumur 83 tahun, ia menulis sebuah surat yang diterbitkan di koran-koran ternama pada waktu itu yang isinya adalah:
“Saya menulis artikel ini karena saya tidak ingin merahasiakan apapun dari rakyat Amerika. Istri saya menderita kanker payudara dan seperti yang Anda ketahui, saya selamat dari pencobaan pembunuhan. Dan saat ini saya baru saja didiagnosa menderita penyakit Alzheimer (penyakit orang tua yang disebabkan otak mengerut dan mengecil akibat pertambahan usia). Saya menceritakan kepada Anda semua supaya saya bisa memberi semangat terutama kepada orang yang memiliki anggota keluarga yang menderita penyakit ini karena saya mendengar ada kejadian-kejadian yang memalukan yang dialami para penderita penyakit ini. Bagi saya, saya merasa kondisi saya sangat baik saat ini, saya akan melanjutkan apa yang telah saya kerjakan dan saya telah memulai perjalanan yang akan membawa saya kepada akhir dari kehidupan ini. Sampai Tuhan memanggil saya, saya akan terus melakukan apa yang selalu saya lakukan, yaitu menolong orang dengan cara apapun sesuai kemampuan saya.
Baik sadar ataupun tidak, Ronald Reagan adalah seorang yang mengerti bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Ia adalah orang yang melihat penderitaannya dan masih bisa berkata: “Saya masih percaya kepada Tuhan. Saya masih percaya Tuhan memiliki rancangan yang indah buat saya.”
Ketika kita menghadapi situasi yang sukar untuk kita mengerti, sikap yang menentukan hati kita. Pertanyaan buat kita adalah “Apakah Saudara percaya bahwa Tuhan sedang bekerja dalam Saudara saat ini apapun yang saudara sedang hadapi?”. Bagi Anda yang menjawab “YA” maka Anda akan memiliki hati yang gembira walaupun mungkin saat ini adalah masa tersulit dalam hidup Anda.
2. Karena Hati yang Gembira adalah Obat yang Manjur
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang. - Amsal 17:22
Ayat ini mengatakan bahwa sikap yang benar, cara Anda menyikapi masalah dan tantangan hidup bisa membawa kesembuhan. Ini hal yang luar biasa.
Tahun 1980, Norman Cousins, seorang praktisi kesehatan didiagnosa suatu penyakit langka yang menghancurkan organ tubuhnya. Setelah melakukan serangkaian test kesehatan, dokternya berkata: “Maaf, tidak ada lagi yang bisa kami lakukan, kondisi Anda semakin menurun dan Anda akan segera meninggal”. Norman Cousins tidak mau menyerah dengan kondisinya. Saat itu, dia sedang melakukan penelitian hubungan emosi manusia dengan kesembuhan. Ia menguji dirinya sendiri dengan mengkonsumsi Vitamin C dosis tinggi tiap jam sambil tertawa menonton film-film lucu yang disewanya. Yang dia temukan adalah sepuluh menit tertawa yang sehat memberinya satu jam bebas dari rasa sakit. Dia mempraktekkan hal tersebut dari hari ke hari dan dia merasa semakin baik. Ketika ia memeriksakan dirinya kembali, dokternya berkata: “Kami tidak tahu apa yang terjadi. Yang kami tahu, penyakit Anda tidak bisa disembuhkan, tetapi sejauh yang kami temukan saat ini, Anda sepenuhnya sudah sembuh.” Norman Cousins hidup sampai 20 tahun setelah kejadian itu dan dia menceritakan penelitiannya dalam bukunya yang berjudul Anatomy of an Illness.
Banyak penelitian lanjutan yang menyebutkan bahwa orang sakit yang bersikap positif dan dikelilingi orang yang positif, cepat sembuh dari sakitnya. Sedangkan orang yang bersikap negatif, dan dikelilingi orang yang negatif, kondisi lebih lama sembuh atau malah memburuk. Di Amerika Serikat, telah diteliti bahwa banyak orang Kristen yang lebih cepat sembuh dari sakit daripada yang bukan Kristen karena mereka memiliki penuh ucapan syukur dan berserah kepada Tuhan.
Yang ingin saya katakan selanjutnya adalah penelitian Norman Cousins ataupun penelitian lanjutannya sebenarnya bukanlah penemuan baru. Tiga ribu tahun yang lalu, Salomo telah mengajarkan hikmat ini, hati yang gembira adalah obat yang manjur. Apakah Anda memelihara hati Anda senantiasa bergembira? Izinkan saya memberikan beberapa langkah untuk mendapatkan hati yang gembira:
1. Pererat Hubungan Anda Dengan Tuhan
“dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.” - Mazmur 37:4
datang kepada Tuhan dan berkata: “Tuhan, saya punya masalah yang besar”. Kita yang perlu berkata kepada masalah kita: “Masalah, saya punya Tuhan yang besar”. Sikap seperti ini akan mempererat hubungan dengan kita dengan Tuhan dan ayat dari Mazmur tadi mengatakan bahwa Tuhan akan memberikan apa yang diinginkan hati kita. Janji yang luar biasa, dan Tuhan tidak mungkin melalaikan janji-Nya.
2. Kembangkan Sikap Mengampuni
“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” –Efesus 4:32
Walter Everett adalah seorang pendeta yang anaknya dibunuh oleh seorang pria bernama Carlucci. Wajar jika ia menyimpan kepahitan kepada pembunuh anaknya. Tetapi apa yang dilakukannya, sesungguhnya sulit untuk dimengerti kebanyakan orang. Pertama, dia mengampuni pembunuh anaknya. Kedua dia membantu pembebasan pembunuh anaknya lebih cepat dari penjara dan yang ketiga, dia yang memberkati pernikahan pembunuh anaknya. Dia berkata: “Saya menyadari banyak orang yang kehilangan orang yang dikasihinya akibat pembunuhan, dan masih menyimpan dendam dan kepahitan selama bertahun-tahun, saya tidak ingin hal ini terjadi kepada saya”. Ketika diwawancarai, Carlucci berkata: “Sampai hari ini, saya tidak memahami Pdt. Walter. Saya memiliki seorang putri, jika ada yang berusaha menyakitinya, saya akan membalasnya, bahkan lebih lagi. Ketika saya bertanya, mengapa dia begitu baik kepada saya, dia berkata bahwa dia mengampuni saya karena dia mengasihi Tuhan. Tanpa terasa, air mata saya mengalir. Saya merasa dilahirkan kembali, dimana sebelumnya saya merasa tidak ingin hidup lebih lama lagi.”
Kita semua pernah diampuni oleh Tuhan. Air mata mengalir ketika mengingat kasih Tuhan kepada kita. Ketika kita belajar mengembangkan sikap mengampuni lebih murah hati lagi, maka sukacita yang kita dapatkan lebih besar. Kita perlu mengembangkan sikap mengampuni sampai ketingkat gratis/cuma-cuma, sama seperti Yesus.
3. Bergaul dengan Orang-Orang yang Memiliki Hati Gembira
“…. Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik”. 1 Korintus 15:33
Sikap itu menular, ketika ada yang marah, gampang kita terpancing marah. Jika ada yang mengeluh, kita jadi ikut mengeluh, jika ada yang negatif dengan seseorang, kita ikut jadi negatif dengan orang tersebut. Ketika kita bertemu dengan orang yang memiliki hati yang gembira, kita akan merasa gembira juga.
4. Jadilah Pengangkat Beban bukan Penambah Beban
“Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta.” Amsal 15:15
Ketika kita memberi, kita akan menerima kembali dan hal pertama yang kita terima adalah hati yang penuh sukacita. Ketika kita menjadi beban buat orang lain dengan sikap-sikap kita yang negatif, mengeluh, dan menuntut, justru kita akan kehilangan apa yang kita tuntun.
5. Bernyanyilah Bagi Tuhan
“dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.- Efesus 5:19
Musik berasal dari Tuhan. Musik mengatur suasana hati kita.
6. Hidup dalam Kasih yang Aktif
Seorang yang egois, yang memanfaatkan orang lain untuk keuntungannya pribadi tidak akan pernah memiliki hati yang gembira. Mungkin dia akan merasakan kebahagiaan sementara, tetapi hatinya tidak akan dipenuhi sukacita. Hati seorang pemberi bisa merasakan arti sukacita yang sejati. Dia tidak melihat orang lain sebagai alat, tetapi pribadi yang perlu dikasihi. Ia akan menginvestasikan hidupnya untuk melayani orang lain. Orang jenis yang manakah Anda? Ambil waktu untuk terlibat dalam kehidupan orang lain, maka Anda akan memiliki hati yang gembira.
~ Selesai ~
Kemuliaan bagi TUHAN!
ConversionConversion EmoticonEmoticon