Berapa pun yang Anda Peroleh,
Pergunakanlah Sesedikit Mungkin!
Bagian Kedua – Jalan Menuju Kelimpahan
Minggu yang lalu, kita telah belajar tentang membangun jaminan keuangan dengan menciptakan selisih antara pendapatan dan pengeluaran kita. Hari ini kita akan belajar langkah-langkah menuju jaminan keuangan tersebut. Saya akan membagikan empat langkah praktis untuk menolong Anda ‘Membiayai jalan Anda menuju Kelimpahan” :
1. SESUAIKAN PENGELUARAN ANDA SAMPAI TINGKAT DI BAWAH PENGHASILAN ANDA
Ada seorang pemuda yang mengunjungi pameran mobil dan tertarik dengan sebuah mobil mewah. Tetapi ia sadar, tidak akan mampu membayar DP maupun cicilan bulanannya. Tetapi karena dibujuk oleh sales mobil tersebut, akhirnya ia memutuskan untuk membelinya. Setelah pinjam uang sana-sini untuk membayar DP mobilnya, akhirnya ia membawa pulang mobil incarannya. Apakah orang ini benar-benar mampu membeli mobil mewah tersebut? Tentu saja tidak. Tetapi ia mungkin meninggalkan toko itu dengan merasa seperti seorang miliarder.
Salomo menggambarkan orang semacam ini di:
“Ada orang yang berlagak kaya, tetapi tidak mempunyai apa-apa, ada pula yang berpura-pura miskin, tetapi hartanya banyak.” – Amsal 13:7
Salomo mengerti bahwa cara untuk membiayai jalan menuju kelimpahan adalah dengan mengeluarkan lebih sedikit, bukannya lebih banyak, dibandingkan penghasilan Anda. Coba kita bayangkan kembali pemuda tadi yang membeli mobil mewah tersebut. Mungkin kesenangan yang dia dapatkan hanyalah dibulan pertama. Di bulan berikutnya, ia harus berjuang membayar cicilan yang lebih besar dari gajinya, belum lagi pinjaman yang diperolehnya dari kenalannya untuk membayar DP mobil.
Sebenarnya sebagian besar orang yang berhasil dalam keuangan telah belajar rahasia sederhana untuk membangun jaminan keuangan mereka. Dalam buku The Millionaire Next Door, karangan Thomas Stanley dan William Danko, mereka meneliti sejumlah Milyarder dan menemukan fakta-fakta yang menarik seperti tujuh puluh persen dari mereka membawa sepatu mereka ke tukang sepatu untuk diganti solnya atau diperbaiki, empat puluh delapan persen dari mereka membawa furniture mereka dipernis lagi atau diganti joknya daripada membeli yang baru, dan lima puluh persen membeli peralatan rumah tangga di toko-toko murah dan lain sebagainya. Mereka belajar untuk mengeluarkan uang sesedikit mungkin.
Karena penghasilan Anda saat ini besar, ini tidak berarti Anda layak untuk membeli berbagai perangkat elektronik baru, HP terbaru, liburan yang lebih seru dan jauh. Menghabiskan jumlah sesuai yang Anda terima bukanlah tindakan bijaksana. Cara kita untuk membangun jaminan keuangan adalah dengan menyisakan sebanyak mungkin dari pendapatan kita.
Ingatkah Anda pada Amsal 21:20? “Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya.”
3. BERHATI-HATILAH DENGAN UTANG
Beberapa orang Kristen menentang peminjaman uang. Menurut mereka, utang jenis apapun adalah salah berdasarkan Roma 13:8:
“Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.” -Roma 13:8
memperingatkan orang-orang Kristen untuk tidak menunggak pajak. Walaupun tidak ada larangan mutlak dalam Alkitab tentang utang, Salomo banyak menulis tentang bahaya utang.
Dalam kitab Amsal, ia menggunakan istilah tanggungan bagi utang.
Pada masa Salomo, jika Anda ingin meminjam uang untuk membeli kereta berkuda baru yang harganya enam ratus syikal perak (1 Raja-raja 10:29), Anda harus memberikan suatu jaminan seperti rumah, tanah, atau mungkin satu atau dua budak. Jika Anda gagal membayar pinjaman itu, Anda akan kehilangan jaminan. Dan saat pembayaran tiba, jika Anda tidak mempunyai cukup jaminan, Anda mungkin terancam bahaya yang lebih besar lagi:
“Jangan engkau termasuk orang yang membuat persetujuan, dan yang menjadi penanggung hutang. Mengapa orang akan mengambil tempat tidurmu dari bawahmu, bila engkau tidak mempunyai apa-apa untuk membayar kembali?” - Amsal 22:26-27
membiarkan hal ini terjadi bukan. Demikian juga jika Anda pengguna kartu kredit, misalnya ada tagihan dua juta yang harus ada bayar bulan ini, tetapi Anda masih memiliki uang sebanyak sepuluh juta dalam tabungan Anda, Anda tidak benar-benar berutang, karena Anda mempunyai aset untuk menutupi utang Anda. Maksud saya adalah, Alkitab tidak sepenuhnya melarang semua jenis utang. Tetapi utang memang membawa dampak yang buruk:
“Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi.” – Amsal 22:7
Pada masa sekarang ini, banyak orang yang telah menjadi budak kartu kredit. Mereka mengunakan uang sampai batas maksimun kredit dan membayar saldo minimum yang ironisnya adalah bunga yang mereka harus bayar. Jika mereka hanya membayar saldo minimumnya saja, mereka tidak akan pernah melunasi hutang mereka seumur hidup.
Masalah utama utang adalah bahwa utang mengizinkan kita untuk hidup berpura-pura melampaui kesanggupan kita. Misalnya ketika hendak membeli kendaraan, ada beberapa orang yang membeli tipe yang lebih mahal dengan DP minimum dan jangka waktu paling lama. Alasannya adalah Anda menyukai model-nya. Masalahnya adalah cicilan bulanan yang harus Anda bayar lumayan besar jika dibandingkan dengan gaji Anda. Tidak mengherankan jika setiap tanggal mendekati waktu pembayaran, tiba-tiba Anda merasa sakit kepala. Apalagi jika kita hitung total pembayaran Anda, tentu saja DP minimum serta jangka waktu paling lama akan menyebabkan bunga yang dikenakan kepada Anda menjadi sangat tinggi.
3. KONSISTENSI MENYELAMATKAN SEBAGIAN DARI PENGHASILAN ANDA
Berapa besar yang harus saya sisihkan? Mungkin ini yang menjadi pertanyaan Anda saat ini. Banyak penasihat keuangan yang merekomendasikan supaya kita menyimpan 10 sampai 15 persen penghasilan kita untuk kebutuhan-kebutuhan masa pensiun saja, tidak termasuk untuk kebutuhan-kebutuhan khusus seperti pendidikan anak-anak kita. Berapapun persentase yang Anda rasakan tepat bagi Anda, izinkan saya menyarankan tiga konsep penting untuk berhasil menabung di masa depan:
v Kesegeraan. Waktu untuk menabung adalah sekarang. Semakin cepat Anda memulai semakin baik. Menabung jumlah uang yang lebih sedikit dalam jangka waktu yang lama umumnya lebih baik dibanding menabung jumlah uang besar selama jangka waktu singkat. Ini karena keuntungan dari kekuatan bunga yang berliapt ganda yang disebut oleh John Rockefeller, orang terkaya di Amerika sebagai “Keajaiban dunia kedelapan”. Pelaksanaannya? Mulailah menabung sekarang sekarang. Seperti nasihat seorang penulis, David Chilton, “Waktu menanam sebatang pohon adalah dua puluh tahun yang lalu. Waktu terbaik yang kedua adalah sekarang.”
v Konsistensi. Untuk menabung dengan berhasil, kebutuhan terhadap kesegeraan harus diikuti oleh konsistensi. Banyak orang yang khawatir bahwa kegiatan menabung akan merampas kesenangan hidup mereka. Sebenarnya cukup dengan menabung sejumlah uang yang pantas saja secara konsisten, maka Anda akan menuai hasilnya di masa depan. Masalahnya, apakah Anda konsisten menabung selama ini?
v Keragaman.
Berikanlah bahagian kepada tujuh, bahkan kepada delapan orang, karena engkau tidak tahu malapetaka apa yang akan terjadi di atas bumi.” - Pengkhotbah 11:2
Jangan hanya menaruh semua telur dalam sebuah keranjang dan menjaga keranjang tersebut. Kita perlu menginvestasikan aset kita di keranjang lainnya, untuk mengurangi risiko. Investasi seperti emas, rumah, tanah, deposito, asuransi, saham, tabungan berjangka. Tetapi juga jangan menambah risiko pada jenis investasi yang tinggi risikonya. Kalau perlu, minta nasihat pada ahlinya.
4. BERIKANLAH SEBAGIAN PENGHASILAN ANDA KEPADA ALLAH
Salomo memberikan sebuah nasihat keuangan lainnya yang sering diabaikan banyak orang pada masa kini.
“Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.” – Amsal 3:9-10
Ayat-ayat ini bukan suatu jaminan bahwa setiap orang yang memberikan uangnya untuk pekerjaan Tuhan, pasti akan dikembalikan berlipat-lipat ganda, karena jika demikian, kita bukan memberi persembahan, tetapi lagi berinvestasi.
Mengapa kita perlu memberi persembahan? Saya ingin menjawabnya dengan memberikan sebuah illustrasi mengenai seorang bapak yang mengajak anaknya makan di KFC. Bapak tersebut membelikan burger serta kentang goreng kepada anaknya. Anak tersebut mulai makan. Ketika tangan bapaknya berusaha mengambil satu potong kentang goreng, tangan tersebut ditepis anaknya sambil berkata: “Ini kentang gorengku, kalau Bapak mau, beli saja lagi”. Bapaknya terkejut. Kemudian ia berpikir, betapa egoisnya anaknya yang satu ini. Ia hanya berusaha mengambil sebuah kentang goreng yang sebenarnya miliknya.Bisa saja saat itu juga, ia mengambil semua makanan yang telah dibelikan untuk anaknya untuk memberinya pelajaran, atau ia berjanji tidak akan membawa anaknya ke KFC lagi karena sikapnya yang buruk. Sikap buruk anaknya terhadap pemberian ayahnya akan mempengaruhi sikap
pemberian-pemberian yang akan diterimanya dari bapaknya di masa depan. Kita perlu ingat, segala yang kita miliki saat ini adalah pemberian TUHAN. Kita bukan pemilik tapi pengelola. Persembahan bukanlah memberi sumbangan kepada Tuhan, persembahan artinya mengembalikan kepada Tuhan apa yang menjadi hak-Nya.
Saya berharap dapat menceritakan kepada Anda, bagaimana saya selalu mempraktekkan prinsip ini dalam hidup saya, tetapi saya tidak dapat. Ada masa dalam hidup di masa lampau, saya tidak taat. Saya berusaha mencari alasan untuk membenarkan diri untuk tidak memberi. Seperti: “Saya tidak memiliki penghasilan yang cukup, bulan ini saya banyak pengeluaran yang tak terduga atau saya akan memberi bulan berikutnya”. Tetapi jika saya ingat kembali masa tersebut, saya menyadari bahwa dengan tidak mengembalikan bagian yang seharusnya menjadi milik TUHAN, tidak membawa pengaruh yang lebih baik bagi keuangan saya. Justru lebih buruk. Kondisi keuangan saya memburuk dan saya kehilangan sukacita memberi.
TETAPI, UANG TIDAK DAPAT MELINDUNGI KITA DARI KEMATIAN
Minggu yang lalu kita telah belajar pentingnya membangun jaminan keuangan dan hari ini kita belajar dari empat langkah menuju kelimpahan. Memang dengan memiliki jaminan keuangan
keuangan, dapat memberi kebebasan kepada kita untuk mengejar kehendak Allah, jaminan akan kebutuhan-kebutuhan di masa depan, dan sukacita yang kita dapatkan karena mendukung pekerjaan Tuhan. Salomo memang benar ketika mengatakan: “Kota yang kuat bagi orang yang kaya ialah hartanya, tetapi yang menjadi kebinasaan bagi orang melarat ialah kemiskinan” (Amsal 10:15). Tetapi Salomo juga mengerti bahwa ada kejadian dalam hidup ini yang tidak bisa dilindungi oleh uang, yaitu kematian.
“kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri…
Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang…Inipun kemalangan yang menyedihkan. …Dan apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin?” – Pengkhotbah 5:12,14,15
perguruan tinggi. Ia baru saja membeli beberapa rumah mewah bagi anak-anaknya yang akan segera menikah, perusahaan-perusahaannya sudah berjalan diurus oleh orang kepercayaannya sehingga ia tidak perlu bekerja lagi, kekayaan yang dimilikinya tidak akan habis tujuh turunan. Apa lagi yang harus ia lakukan untuk mengamankan kekayaannya?
Malam itu juga Allah datang kepadanya dan berkata, “Hai orang bodoh! Malam ini juga nyawamu akan diambil darimu; dan sekarang siapakah yang akan memiliki apa yang telah engkau simpan?” Orang ini telah menanam modal sepanjang umurnya dengan menyimpan cukup banyak uang untuk melindungi dirinya sendiri dari setiap kemungkinan dalam kehidupan – kecuali yang kita semua akan hadapi, yaitu kematian. Yesus menambahkan ironinya: “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya dihadapan Allah”.
Tidak ada yang salah dengan membangun keuangan yang kuat dalam kehidupan Anda. Tetapi pahamilah bahwa keuntungan-keuntungan dari keuangan tersebut akan kehilangan nilainya ketika Anda tiba di kuburan. Hanya hubungan Anda dengan TUHAN –lah yang menawarkan kebebasan, jaminan dan sukacita yang abadi.
Semoga Bermanfaat,
Kemuliaan Bagi TUHAN!
ConversionConversion EmoticonEmoticon