Jangan Pernah Menyerah,
Ketika Salah Dinilai
Bagaimana penilaian Anda, jika seorang pendeta memiliki kriteria sebagai berikut:
v Dikejar-kejar pihak berwajib.
v Tertangkap beberapa kali.
v Keluar masuk penjara.
v Sering berpindah dari satu kota ke kota lain.
v Belum pernah berkhotbah di TV.
v Belum punya rumah.
v Belum menikah.
v Harus bekerja sampingan untuk mendukung pelayanannya.
v Tidak mengerti komputer
v Jika khotbah tidak pernah pakai proyektor atau menampilkan video menarik.
v Tidak punya HP atau BlackBerry apalagi Ipad.
v Penampilannya tidak menarik.
v Bukan pembicara yang baik
v Terkadang khotbahnya berjam-jam.
v Terkadang khotbahnya menimbulkan perdebatan.
Apakah Anda berharap, seseorang dengan kriteria di atas menjadi pendeta Anda? Tentu saja kebanyakan orang tidak. Jika Paulus hidup pada masa sekarang, mungkin pelayanannya tidak akan berhasil dan ditolak banyak orang, karena semua kriteria di atas adalah miliknya. Mengapa kita sering salah menilai orang dan juga sering salah dinilai oleh orang lain? Hari ini akan berusaha menemukan jawabannya berdasarkan pada hubungan Paulus dengan jemaat Korintus.
Dalam khotbah saya dua minggu yang lalu, saya sempat menjelaskan bahwa Paulus pernah berjanji untuk mengunjungi jemaat Korintus, tetapi ia membatalkannya dengan alasan yang sebenarnya dapat dipertanggungjawabkan. Tetapi ada orang yang berusaha mempengaruhi jemaat di Korintus dengan mengatakan bahwa: “Paulus itu orang yang tidak bisa memegang janjinya. Bagaimana kita bisa tetap mengikuti seorang pemimpin yang dua kali berjanji akan mengunjungi kita, tetapi tidak pernah muncul.”
Hasutan orang ini mempengaruhi penilaian jemaat Korintus terhadap karakter dan kepribadian Paulus. Paulus dituduh duniawi (2 Korintus 10:2), beraninya di surat saja, jika sudah berhadapan muka, ia kehilangan keberaniaannya (2 Korintus 10:10), sombong (2 Korintus 10:8,15), dan licik (2 Korintus 12:6). Paulus telah menjelaskan alasannya seperti yang saya jelaskan dalam khotbah saya dua minggu yang lalu dan di 2 Korintus 3:1-3, Paulus memperjelas jawabannya. Ada beberapa prinsip yang kita bisa pelajari.
1. ORANG SALAH MENILAI KARENA DASAR PENILAIANNYA SALAH
“Adakah kami mulai lagi memujikan diri kami? Atau perlukah kami seperti orang-orang lain menunjukkan surat pujian kepada kamu atau dari kamu?” - 2 Korintus 3:1
Di ayat ini, Paulus menjelaskan bahwa ia tidak perlu berusaha menyombongkan dirinya sendiri ataupun menunjukkan surat pujian dari jemaat-jemaat lain yang dilayaninya untuk menjelaskan keberhasilan pelayanannya sehingga jemaat di Korintus menilai dirinya dengan tepat. Hal ini berbeda dengan apa yang kebanyakan orang lakukan pada masa sekarang.
Pertama, orang sering dinilai berdasarkan pendidikannya. Mungkin Anda pernah di tanya: “Kuliah di mana?”. Dan Anda agak susah menjawabnya karena tidak sempat kuliah atau kuliah ditempat yang kurang ternama. Pendidikan menjadi perhatian karena seolah-olah orang yang berpendidikan S1 lebih baik dari yang SMA, S2 lebih baik dari yang S1 dan S3 lebih baik dari yang S2. Salah seorang teman saya sering bergurau mengenai tingkat pendidikannya dengan mengaku, dia lulusan S3 yaitu syukur sempat sekolah.
Kedua, orang sering dinilai berdasarkan jenis pekerjaan yang ditekuni, jabatan ataupun besarnya pelayanan. Kerja kantoran tentu kelihatan lebih keren dibandingkan kerja di toko, seorang manajer biasanya lebih dihargai dari office boy. Seorang pendeta yang jemaatnya sudah besar lebih dihargai dibandingkan jika jemaatnya masih sedikit. Saya sering ditanya orang, “Berapa jumlah jemaatmu sekarang?”. Hal ini menjadi perhatian karena kelihatannya 50 orang lebih baik dari 25 orang, 100 orang lebih baik dari 50 orang, 500 orang lebih baik dari 100 orang,1000 orang lebih baik dari 500 orang. Semakin besar gereja yang dipimpinnya, semakin berhasillah pendeta tersebut dimata orang banyak. Gereja juga dinilai dari seberapa besar dan bagusnya gedung gerejanya, apakah pendetanya pernah tampil di TV, apakah ada artis yang menjadi anggota jemaatnya? Apakah pendetanya pernah menghadap pak SBY di istana Merdeka?
Ketika Paulus bicara mengenai surat pujian, Paulus sedang berbicara mengenai suatu bentuk penghargaan dan pengakuan yang berasal dari manusia. Tetapi Paulus mengerti, apa yang berharga di mata manusia, belum tentu berharga di mata Tuhan.
v Kita dipanggil menjadi murid Yesus bukan karena tingkat pendidikan kita, ataupun pengalaman pelayanan kita. Justru kita dipanggil karena kita masih bodoh. Karena hanya orang yang merasa dirinya masih bodoh-lah, yang punya sikap mau belajar. Ingatlah 1 Korintus 1:26-27:
“Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,”
v Paulus sendiri tidak pernah memberitahu kita jumlah kehadiran dari gereja-gereja yang dipimpinnya. Karena Paulus mengerti, bagi Tuhan, jumlah jemaat bukanlah ukuran keberhasilan dalam pelayanan, melainkan perubahan hidup dalam hidup orang percaya.
v Contoh dari Tuhan Yesus sendiri adalah ketika orang-orang kagum kepada banyaknya jumlah persembahan yang dimasukkan orang-orang kaya ke dalam peti persembahan, Tuhan justru menghargai persembahan seorang janda miskin, yang memberi dalam kekurangannya.
Tuhan memiliki penilaiannya sendiri. Manusia melihat apa yang didepannya, tetapi Tuhan melihat hati. Jadi, jangan menilai seseorang hanya berdasarkan pada apa yang kelihatan saja.
2. PENILAIAN KITA HARUS BERDASARKAN HIDUP YANG DIUBAHKAN OLEH ROH KUDUS
Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia. – 2 Korintus 3:2-3
Bukti keberhasilan pelayanan Paulus adalah hidup yang berubah dari para pendengarnya. Ketika Paulus menginjil, Roh Kudus-lah yang bekerja dalam hati setiap orang percaya. Pada jaman Musa, sepuluh perintah Allah tertulis pada loh batu. Tetapi bagi orang percaya, firman tertulis dalam dalam hatinya.
Kota Korintus adalah kota yang sangat duniawi. Di sana terdapat kuil Aprodite atau dewi kecantikan yang mempraktekkan prostitusi. Ketika injil diberitakan di sana, terjadi perubahan besar-besaran. Banyak orang berdosa bertobat. Paulus menuliskannya di 1Korintus 6:9-11:
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.”
Banyak orang ingin berubah, berhenti dari dosa dan kelemahannya, tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Hanya ketika injil diberitakan, Roh Kudus bekerja dalam hati kita yang percaya, dan jika kita mau meninggalkan dosa kita, perubahan hidup akan terjadi. Beberapa orang dalam jemaat Korintus dahulu pendosa, tetapi hidup mereka telah diubahkan. Ukuran kerohanian bukanlah ke gereja tiap minggu, aktif dalam pelayanan dan banyak berbuat amal. Jika Anda belum meninggalkan dosa-dosa Anda, artinya Anda belum benar-benar menjadi seorang kristen.
Paulus tidak pernah menceritakan jumlah kehadiran jemaatnya, ia tidak pernah menceritakan berapa orang yang sudah dibaptisnya, ia juga tidak menceritakan program-program baru yang dimulainya. Ketika ditanya tentang pelayanannya, ia akan menjawab: “Jika Anda ingin mengetahui kondisi pelayanan saya, spend time dengan orang-orang dalam pelayanan saya, dengarkan apa yang telah Tuhan kerjakan. Mereka adalah surat pujian saya.”
Anda mungkin berpendidikan, punya pekerjaan bagus, punya usaha sendiri, uang tidak habis tujuh turunan, melayani di gereja, tetapi jika Anda masih hidup dalam dosa, maka saya berani katakan, Anda adalah orang-orang yang gagal. Tuhan Yesus berkata di Markus 8:36: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.”
3. TUHAN MENILAI KITA BERDASARKAN PERUBAHAN HIDUP
Dia tidak terkesan dengan banyaknya uang yang Anda hasilkan, tingginya jabatan Anda atau berapa banyak jumlah jemaat dalam gereja Anda. Dia hanya terkesan dengan orang yang hidupnya diubahkan oleh Roh Kudus. Jika hidup orang diubahkan dalam pelayanan kita, Tuhan-lah yang melakukannya. Kita menginjil, Dia yang menyelamatkan. Kita berdoa, Dia yang menjawab doa-doa kita. Bisa saja saya berkhotbah dari matahari terbit sampai matahari terbenam, tetapi jika Tuhan tidak bekerja, tidak akan ada hati yang diubahkan. Dialah yang menuliskan firman-Nya dalam hati kita. Saya ingin akhiri khotbah hari ini dengan sebuah renungan yang saya dapatkan bertahun-tahun yang lalu. Sebuah cerita tentang seseorang yang bermimpi mewawancarai Tuhan:
“Silakan masuk” Kata Tuhan. “Jadi, kamu ingin mewawancarai saya?” “Jika Tuhan punya waktu” Jawab saya. Tuhan tersenyum dan berkata “WaktuKu kekal dan cukup untuk melakukan apa saja. Apa jawaban yang ada didalam pikiranmu yang ingin kauajukan?”
“Apa yang paling mengejutkanMu mengenai manusia?”, tanyaku. Jawab Tuhan :”Bahwa mereka kehilangan kesehatannya untuk mencari uang dan akhirnya kehilangan uang untuk mengembalikan kesehatannya. Bahwa dengan kekuatiran mereka akan masa depan, mereka melupakan saat sekarang. Bahwa mereka hidup seolah-olah tidak akan mati dan mereka mati seolah-olah tidak pernah hidup.”
Kemudian Tuhan memegang tangan saya dan kami berada dalam keheningan sejenak, kemudian saya melanjutkan pertanyaan saya: “Sebagai Bapa, pelajaran hidup apa yang Engkau ingin anak manusia belajar?
v Untuk belajar hanya butuh beberapa detik untuk menyakiti orang yang kita kasihi, dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyembuhkan mereka.
v Untuk belajar bahwa ada orang yang mengasihi mereka, tetapi tidak bisa menunjukkan atau mengungkapkan perasaan mereka.
v Untuk belajar bahwa orang yang kaya bukanlah orang yang memiliki paling banyak, tetapi yang membutuhkan paling sedikit.
v Untuk belajar bahwa bisa saja dua orang memandang sesuatu yang sama tetapi melihat sesuatu yang berbeda.
v Untuk belajar tidak selalu cukup menerima pengampunan dari orang lain saja, tapi juga mereka perlu mengampuni diri mereka sendiri.
v Untuk belajar bahwa seorang sahabat sejati adalah seseorang yang tahu segala sesuatu tentang diri mereka, dan tetap menyukai mereka apa adanya.
v Untuk belajar bahwa uang bisa membeli apapun juga kecuali kebahagiaan.
Saya duduk sebentar, menikmati suasana yang tercipta, kemudian saya berterima kasih atas waktuNya dan semua hal yang telah dilakukannya dalam hidup saya dan keluarga saya.
Dia menjawab:”Kapan saja, Aku ada disini 24 jam sehari, yang perlu kamu lakukan hanyalah meminta, Aku akan selalu ada untukmu.”
Semoga Bermanfaat ! Kemuliaan bagi TUHAN!
ConversionConversion EmoticonEmoticon