PEKERJA YANG LAYAK DIHADAPAN TUHAN
Ketika Paulus hendak menyerahkan estafet pelayanan kepada Timotius, Paulus menasihatinya:
“Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.” – 2 Timotius 2:15
Seperti cerita mengenai anak diatas yang menunggu pengakuan dari pelatihnya, Paulus mengingatkan Timotius untuk mencari pengakuan dari Tuhan. Nasihat ini juga berlaku bagi kita, karena semua orang yang menyebut dirinya Kristen adalah pelayan Tuhan. Saya tidak sedang bicara mengenai pelayanan di gereja, tetapi pelayanan dimanapun kita ditempatkan, baik sebagai suami maupun istri, ayah maupun ibu, karyawan maupun majikan. Kita perlu menjadi pekerja yang mendapatkan pengakuan dari Tuhan.
Hari ini, izinkanlah saya membagikan tiga kualitas pelayan yang layak dihadapan Allah:
1. MELAYANI DENGAN SUKARELA
Jawabnya: "Minumlah, tuan," maka segeralah diturunkannya buyungnya itu ke tangannya, serta diberinya dia minum. Setelah ia selesai memberi hamba itu minum, berkatalah ia: "Baiklah untuk unta-untamu juga kutimba air, sampai semuanya puas minum." Kemudian segeralah dituangnya air yang di buyungnya itu ke dalam palungan, lalu berlarilah ia sekali lagi ke sumur untuk menimba air dan ditimbanyalah untuk semua unta orang itu. – Kejadian 24:18-20
Kita baru saja membaca kisah Ribka yang melayani dengan sukarela. Meskipun ia baru saja mengambil air bagi dirinya sendiri, ia menawarkan dirinya mengambilkan air bagi pria beserta unta-untanya. Perlu Anda ketahui bahwa mata air itu cukup dalam. Di ayat ke 16, dikatakan Ribka harus turun menuju mata air tersebut. Ada yang mengatakan bahwa mata air jaman itu memiliki sekitar 50 buah anak tangga. Seekor unta mampu meminum 5 galon air sekaligus. Di ayat 10, dikatakan, hamba Abraham itu membawa 10 ekor unta. Berarti Ribka harus membawa 50 galon air balak balik naik tangga. Walaupun butuh kerja keras, Ribka rela melakukan pelayanan dengan sukarela. Melayani adalah masalah hati. Ribka ingin memberkati pria itu. Ia tidak berpikir bahwa akan ada upah bagi usaha kerasnya itu.
2. MELAYANI DENGAN SEPENUH HATI
Melayani adalah pekerjaan. Sikap seorang pelayan adalah terus bekerja sampai pekerjaan itu selesai. Beberapa orang bekerja memenuhi jumlah jam tertentu. Hati yang melayani ada di sana untuk menyelesaikan pekerjaan, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk itu. Menyelesaikan tugas kita berarti mengesampingkan kenyamanan pribadi.
Dari semua binatang di bumi, unta adalah binatang yang memiliki bau paling tidak sedap. Mereka meludah, mengendus dan merupakan binatang yang paling tidak cocok untuk diurus oleh seorang wanita cantik. Meskipun demikian Ribka tidak peduli. Keramahtamahannya dan keinginannya untuk melayani mampu mengatasi kenyamanannya. Melayani orang yang kita kenal adalah hal yang biasa, namun melakukan hal yang sama bagi orang yang tidak dikenal itu sungguh luar biasa.
· Inilah hati seorang pelayan. Ribka tidak menyadarinya, Tujuan yang mulia telah menantinya.
· Melayani adalah sikap yang akan membuka pintu-pintu tujuan hidup
Bertahun-tahun yang lalu, pada malam hujan badai, seorang laki-laki tua dan istrinya masuk ke sebuah lobi hotel kecil. Pasangan ini bertanya, apakah masih ada kamar kosong. Sang pelayan, seorang laki-laki ramah dengan tersenyum memandang kepada pasangan itu dan menjelaskan bahwa semua kamar telah penuh. Kemudian ia menawarkan kamarnya karena hujan dan waktu itu jam 1 dini hari.
Keesokan harinya, ketika akan meninggalkan Hotel tersebut, Laki-laki tua itu berkata kepada pelayan hotel tersebut:” Anda adalah pelayan terbaik yang pernah saya ketemui, mungkin suatu hari saya akan membangun sebuah hotel untuk Anda kelola”. .” Sang pelayan melihat mereka dan tersenyum. Mereka bertiga tertawa.
Dua tahun berlalu. sang pelayan hampir melupakan kejadian itu ketika ia menerima surat dari laki-laki tua tersebut. Surat tersebut mengingatkannya pada malam hujan badai dan disertai dengan tiket pulang-pergi ke New York, meminta laki-laki muda ini datang mengunjungi pasangan tua tersebut.
Laki-laki tua ini bertemu dengannya dan membawanya ke sudut kota serta menunjuk sebuah gedung baru yang megah di sana, dan berkata “Itu adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk engkau kelola” Nama laki-laki tua itu adalah William Waldorf Astor,.
Laki-laki muda yang kemudian menjadi manager pertama adalah George C. Boldt. Pelayan muda ini tidak akan pernah melupakan kejadian yang membawa dia untuk menjadi manager dari salah satu jaringan hotel paling bergengsi di dunia. Pelayan tersebut rela melakukan apapun yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Hati yang melayani membuka pintu berkat.
Laki-laki muda yang kemudian menjadi manager pertama adalah George C. Boldt. Pelayan muda ini tidak akan pernah melupakan kejadian yang membawa dia untuk menjadi manager dari salah satu jaringan hotel paling bergengsi di dunia. Pelayan tersebut rela melakukan apapun yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Hati yang melayani membuka pintu berkat.
3. MELAYANI DENGAN TUJUAN
Uang akan datang setelah orang memberikan pelayanan. Orang yang berusaha mendapatkan uang tanpa memberikan suatu pelayanan hanya akan memperoleh hasil yang tidak berarti. Pelayanan dan uang merupakan alat pendukung saja dalam kehidupan kita sebagai seorang pelayan. Tetapi, uang tidak memiliki nilai rohani. Nilai rohaninya ditentukan oleh hati orang yang memilikinya. Jika kita menggunakan uang dengan benar, maka itu berarti kita memberi nilai rohani pada uang. Tetapi bila kita menyalahgunakannya, maka itu berarti bahwa kita telah menjadikan uang sebagai sesuatu yang duniawi.
Untuk dapat memiliki uang, orang harus terlebih dahulu melayani. Kita cenderung beranggapan bahwa pelayanan adalah berkhotbah di atas mimbar saja. Padahal sebenarnya segala sesuatu yang kita kerjakan untuk melayani orang lain adalah pelayanan. Membersihkan kamar mandi adalah pelayanan. Mengunting rambut, menjual sembako dan lain sebagainya. Alkitab mengatakan, “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk TUHAN” (Kolose 3:23). Apabila ayat itu menjadi motivasi kita, segala sesuatu yang kita lakukan mulai dari mengebor beton sampai mengganti popok akan memiliki nilai-nilai yang lebih berarti daripada sekedar nilai-nilai yang bersifat sementara.
Apabila manusia selalu mengerjakan segala sesuatu “Seperti untuk TUHAN” Maka apa pun yang dilakukannya akan mendapat upah dari TUHAN. Banyak orang berpikir bahwa kalau mereka jatuh miskin atau dalam keadaan kekurangan, akan selalu ada orang yang datang untuk menolong mereka. Ini adalah khayalan!
Ada juga yang percaya bahwa mereka harus mempunyai uang untuk memulai suatu usaha. Ini juga adalah pemikiran yang keliru. Alkitab mengatakan bahwa jika kita tidak bekerja, kita tidak patut mendapatkan makanan (2 Tes 3:10). Kalau Anda tidak memiliki pekerjaan namun membutuhkan uang, singsingkanlah lengan baju Anda dan mulailah melayani, dan uang pun akan datang menghampiri Anda. Ada banyak contoh di sekitar kita tentang orang yang melihat adanya suatu kebutuhan, lalu melayani untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga akhirnya mampu membangun suatu usaha yang berhasil. Jika anda ingin memulai sesuatu yang baru, jangan berpikir bahwa Anda tidak bisa melakukannya karena Anda tidak memiliki modal yang besar. Mulailah dengan apa yang Anda ingin peroleh.
Saya akan akhirnya khotbah hari ini dengan cerita mengenai Charles Schwab. Charles hanya lulusan SD. Ia memulai karir-nya dengan bekerja serabutan. Ia seorang pekerja keras, selalu memberi yang terbaik dalam setiap pekerjaannya, bahkan untuk pekerjaan kecil sekalipun. Ketika ia mendapat kesempatan bekerja sebagai office boy harian di sebuah perusahaan baja terbesar di Amerika Serikat, ia selalu bekerja seolah-olah dialah pemilik perusahaan di mana ia bekerja.
Awalnya banyak orang mencibirnya, tetapi tidak lama orang melihat ketulusan hatinya. Akhirnya ia diterima menjadi karyawan tetap.
Ketika jabatannya naik, semangat kerjanya tidaklah berubah. Ia tetap bekerja seolah-olah dialah pemilik perusahaan tersebut. Sikapnya dalam bekerja menjadi buah bibir di perusahaannya. Pemimpin perusahaan sangat tersentuh dengan sikap pelayanan yang ditunjukkan Charles. Akhirnya Charles diangkat menjadi asisten pribadi pemimpin perusahaan tersebut. Moto hidup Charles berasal dari Alkitab, yaitu: “Jika saya disuruh berjalan 1 kilometer, saya akan berjalan 2 kilometerl” artinya ia siap mengerjakan pekerjaan yang diberikan kepadanya lebih baik dari yang diminta. Pemimpin perusahaan tersebut sering memujinya dalam rapat perusahaan.
Ketika pemimpin perusahaan tersebut akan pensiun, ia mengumumkan, Charles yang akan mengantikannya. Seluruh dunia industri terkejut, karena itu adalah perusahaan yang besar. Tapi pemimpin perusahaan itu menegaskan bahwa perusahaan tersebut tidak memerlukan seseorang yang berpendidikan tinggi atau memiliki latar belakang yang cerdas. Perusahaan tersebut membutuhkan seseorang yang bekerja seolah-olah dialah pemilik perusahaan tersebut.
Semoga kita memiliki sikap yang sama dimanapun Tuhan menempatkan kita. Jadilah pekerja yang layak dihadapan Allah.
ConversionConversion EmoticonEmoticon