BERANI TAMPIL BEDA
Seri Khotbah FINISHING WELL
Jumat yang lalu, ribuan warga berdesakan di salah satu mal di kawasan Jakarta selatan. Sembilan puluh orang luka-luka, tiga diantaranya mengalami patah tulang dan banyak yang pingsan. Mereka berani mengambil risiko tersebut untuk membeli Blackberry Bold 9790 Bellagio yang didiskon 50% dari harga Rp.4,6juta menjadi Rp.2,3juta. Beberapa bulan yang lalu, kita juga mendengar seorang remaja asal China rela menjual ginjalnya untuk beli Ipad2.
Dua kejadian di atas mengambarkan semakin rusaknya kondisi masyarakat kita. Ketika Paulus menulis surat 2 Timotius dari dalam penjara, ia memperingatkan Timotius, “Dunia akan semakin memburuk, jangan terkejut!”.
“Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri….” 2 Timotius 3:1-2
Beberapa tahun yang lalu, sebuah perusahaan telepon di New York, Amerika Serikat melakukan survey pada 500 percakapan telepon. Coba tebak satu kata yang paling banyak diucapkan? Betul! Kata itu adalah “saya”. Kata ini muncul 3.900 kali dalam 500 percakapan telepon tersebut. Ketika masa sulit tiba, kebanyakan orang akan menyalahkan pemerintah, bencana alam, terorisme, krisis ekonomi, nasib, orang lain. Tanpa menyadari bahwa masalah sebenarnya adalah karena manusia terlalu mencintai dirinya sendiri. Bagaimana ciri-cirinya? Mari kita lihat pada daftar berikutnya:
“…dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.“ -2 Timotius 3:2-4
Ketika kita membaca daftar di atas, mungkin kita merasa prihatin atas orang-orang yang bersikap demikian. Mungkin kita berpikir, inilah akibatnya jika orang tidak mengenal Tuhan, tidak mau menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Tidak mau pergi ke gereja. Tapi mari kita lihat ayat selanjutnya:
“Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!” 2 Timotius 3:5
Ini adalah kenyataan yang mengejutkan. Rupanya karakter-karater cacat ini justru dimiliki oleh orang-orang yang pergi ke gereja! Dunia semakin gelap, bahkan kegelapan itu juga menguasai orang-orang yang menyebut dirinya Kristen.
1. BERANI MENJADI TERANG DALAM DUNIA YANG GELAP
Beberapa hari yang lalu, saya membaca kisah tentang anak unta yang bertanya,”Bu, mengapa kita memiliki kaki berjari tiga yang besar?” Sang ibu menjawab, “Untuk membantu kita dapat tetap berdiri di atas pasir yang lembut pada saat kita berjalan menyusuri padang pasir.”
“Dan, mengapa kita memiliki bulu mata yang panjang?”
“Untuk mencegah pasir masuk ke mata kita dalam perjalanan menyusuri padang pasir.”
“Mengapa kita memiliki punuk?”
“Untuk menyimpan cadangan air sebagai bekal perjalanan panjang menyusuri padang pasir yang gersang.”
Anak unta itu memikirkan jawaban ibunya dan kemudian berkata, “Luar biasa, Bu. Kita memiliki kaki yang besar agar kita tidak tenggelam di dalam pasir, bulu mata yang panjang agar mata kita tidak kemasukan pasir, dan punuk untuk menyimpan air. Tetapi, Bu….mengapa kita ada di kebun binatang?
Itu adalah pertanyaan yang perlu kita renungkan. Kita sudah ditebus oleh Yesus, kita sudah mendapatkan pengajaran dari Firman Tuhan, kita sudah dikuatkan dalam persekutuan. Mengapa banyak orang yang menyebut dirinya Kristen yang tidak berani bersinar di dunia yang gelap? Mengapa banyak orang Kristen yang hanya berani bersinar di gereja dan persekutuan saja?
Mungkin Anda bukanlah seorang pendeta yang terkenal, bukan seorang penyanyi yang sudah menghasilkan puluhan album rohani, atau seorang pemusik yang sudah melayani di KKR-KKR besar. Tetapi ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memerintahkan Anda dan saya untuk berani bersinar. Ia memerintahkan Anda dan saya untuk menjadi terang, untuk tidak menyembunyikan iman kita di bawah tempayan. Apabila kita tidak bersinar dalam dunia yang gelap ini, dunia kita akan semakin gelap. Dan jangan kuatir, pada malam yang gelap, bahkan cahaya yang sangat kecil dapat terlihat dari kejauhan.
Saya pernah membaca kisah seorang misionaris yang bernama Gerri yang diutus untuk melayani di salah satu kota di Afrika. Suatu hari ia mendengar kabar yang menyenangkan, yaitu raja akan menghadiri ibadah di gerejanya dan makan di rumahnya. Setahu Gerri, biasanya raja tidak mengunjungi rumah rakyat biasa.
Ketika hari itu tiba, raja memasuki rumah Gerri. Ia menjelaskan bahwa oleh masyarakat lokal sering salah menyebut namanya dari Gerri menjadi Jelly. Karena itu, dengan berani, ia meminta raja memberinya nama baru dalam bahasa lokal. Walaupun ia tidak tahu bahwa permintaan tersebut menentang protokol, tetapi raja hanya tersenyum dan berkata, “Saya akan memikirkannya.”
Kemudian, ketika raja hendak berpamitan, ia berkata, “Saya dan istri saya telah merundingkan nama yang tepat untuk Anda, yaitu Liseli yang berarti terang. Saya berharap, Anda bisa menjadi terang bagi masyarakat dilingkungan ini.” Seorang wanita yang dekat dengan dia berbisik,”Anda sungguh beruntung karena raja memberi nama kepada Anda.”
Nah, Raja segala raja, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus telah memberi Anda sebuah nama, dan nama itu adalah TERANG. Ia berkata, “Kamulah terang dunia.” Jadi, bersinarlah bagi-Nya dan pancarkanlah terang Anda di depan manusia, sehingga mereka melihat perbuatan Anda yang baik dan memuliakan Tuhan di surga.
2. BERANI MENAMPILKAN KARAKTER-KARAKTER KRISTUS
Dalam dunia yang semakin gelap, adalah kesempatan bagi kita untuk menampilkan karakter-karakter Kristus dalam diri kita:
· Pertama, Lebih Melayani. Dunia mengajarkan, semakin besar seseorang, semakin banyak orang yang akan melayaninya. Tetapi Yesus mengajarkan hal yang berbeda:
Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. –Matius 23:11
Ketika kami tiba di Bali untuk Konferensi Singles Asia Pasifik, saya baru menemukan bahwa rombongan yang menginap di Hotel lain selain yang diatur panitia pada hari itu tidak disediakan transportasi dari Airport ke Hotel. Ketika saya sedang bingung karena tidak mengenal daerah Bali dengan baik, seorang saudara dari jemaat Bali menawarkan bantuannya untuk mengantar rombongan Pekanbaru. Saudara ini telah berhari-hari membantu penjemputan peserta konferensi. Saya bisa melihat kelelahannya dari matanya yang merah, tetapi sikapnya yang mau melayani sungguh berkesan di hati saya. Keesokan hari, ketika saya membantu penjemputan saudara-saudari di Bandara, saya melihat saudara ini lagi. Dunia memerlukan orang-orang seperti ini.
Satu hal lagi yang berkesan bagi saya adalah para Pendeta gereja kita di seluruh Nusantara melayani dengan luar biasa. Kami tidak melayani sebagai pengkhotbah seperti yang biasa kami lakukan. Kami menunggu kedatangan saudara-saudari di Bandara sampai jam 4 pagi, mengangkat koper-koper mereka, menjaga koper-koper mereka, menjadi kondektur bis, jualan souvenir, menjadi baby sitter. Pdt. Budi Hartono, ketua panitia acara ini berkata: “Jika mereka tahu yang mengangkat-angkat koper mereka adalah para pendeta dari seluruh Indonesia, mereka pasti akan terharu dan menangis”. Kita perlu berani tampil beda dengan melayani lebih baik lagi.
Kedua. Lebih Sabar. Semakin banyak orang yang tidak sabaran di dunia ini. Menerobos antrian, melanggar lampu merah, melakukan hubungan seks sebelum menikah, berusaha meraih kesuksesan secara instan dengan menghalalkan berbagai macam cara termasuk penipuan, melanggar janji, merusak kepercayaan. Baru-baru ini saya berhadapan dengan sebuah masalah yang melibatkan kakak ipar saya dengan seorang kenalan. Karena bergerak dibidang pekerjaan yang sama, saya merekomendasikan kenalan ini kepada kakak ipar saya, Diluar sepengetahuan saya, kenalan saya ini meminjam sejumlah uang kepada kakak ipar saya dan kakak ipar saya tanpa meminta pendapat saya terlebih dahulu meminjamkannya. Tentu kita bisa menebak
kelanjutannya. Betul, setahun telah berlalu, hutang tidak kunjung dibayar. Setelah saya memeriksa kondisi kenalan ini lebih lanjut, saya baru mengetahui bahwa ia memang bermasalah dengan keuangan. Saat ini rumahnya telah di sita, mobilnya telah di tarik oleh dealer. Kenyataannya adalah banyak orang yang memang bermasalah dengan integritas dan ketidaksabaran. Inilah saatnya kita tampil beda. Sabar dalam pekerjaan kita tanpa mengorbankan integritas, sabar dalam menjaga kemurnian hidup.
· Ketiga, Lebih Bertanggungjawab. Banyak pria di dunia ini berani untuk melakukan, tetapi tidak berani tanggung jawab. Meninggalkan pacarnya dalam kondisi hamil, meninggalkan istri dan anaknya demi wanita yang lebih muda. Bahkan diantaranya terdapat orang-orang yang menyebut dirinya Kristen. Ini adalah kesempatan untuk kita tampil berbeda. Jadilah Kristen yang bertanggung jawab dalam keluarga kita, memimpin keluarga kita dalam kerohanian. Menjadi karyawan yang bertanggungjawab, tidak melakukan korupsi.
Mari kita mengakhiri tahun ini dengan baik. Berani menjadi terang dalam dunia yang gelap dan berani menampilkan karakter-karakter Kristus.
ConversionConversion EmoticonEmoticon