Never Give up, When Glory Fading

Jangan Menyerah, 
Ketika Kemuliaan Memudar


Ketika masa sulit tiba, kita sering tergoda untuk mengingat kembali kemuliaan di masa lalu.  Seseorang yang berusia lanjut, mungkin berharap bisa muda kembali. Orang yang sakit, berharap bisa memiliki kesehatan seperti dahulu. Jika usaha mulai sepi, kita berharap kondisi bisa kembali seperti dulu. Melihat kepada kemenangan di masa lalu di masa sulit bisa mencuri iman kita. Apalagi hal itu dilakukan sambil membandingkan pencapaian kita dengan keberhasilan orang lain yang sebaya dengan kita.
Segala sesuatu ada waktunya. Akan ada hari-hari baik, tetapi juga ada hari-hari sulit. Ada waktu usaha kita ramai, tetapi kita juga perlu siap jika usaha kita sepi. Tahun yang lalu, saya sempat melayani seorang pria separuh baya yang tidak bisa melupakan kemuliaannya di masa lalu. Menurut cerita istrinya, suaminya dulunya seorang pengusaha yang sukses. Tetapi karena persaingan usaha dibidang yang digelutinya, usaha mereka akhirnya tutup. Pria ini stress berat. Ia mengurung dirinya di kamar, tidak mau bertemu dengan teman-temannya. Karena mengalami kesulitan tidur, ia mulai  mengkonsumsi berbagai macam obat tidur, akhirnya kecanduan obat-obat penenang. Ketika saya berbicara dengan dia, cara bicaranya tidak jelas dan gagap, mungkin pengaruh obat yang diminumnya. Bertemu pria ini menyadarkan saya tentang bahaya dari tidak bisa melupakan kemuliaan di masa lalu.
Hari ini, kita akan membahas 2 Korintus 3:7-18. Perlu kita ketahui sebelumnya bahwa penulisan 2 Korintus 3 oleh Paulus dilatarbelakangi oleh sekelompok guru palsu yang berusaha mengingatkan jemaat di Korintus tentang kemuliaan pada jaman Musa. Mereka bicara begitu banyak tentang Musa dan hukum Taurat, seolah-olah jemaat masih hidup menurut Perjanjian Lama. Paulus mengingatkan jemaat di Korintus untuk selalu bersyukur atas karunia Tuhan yang kemuliaannya jauh lebih besar dari kemuliaan di masa lalu. Dan berdasarkan penjelasan Paulus kepada jemaat di Korintus, ijinkan saya memberikan Anda dua alasan mengapa Anda tidak boleh menyerah, ketika kemuliaan Anda memudar. Alasan yang pertama adalah:

1. KARENA KEMULIAAN MANUSIA MEMANG
BERSIFAT SEMENTARA

“Pelayanan yang memimpin kepada kematian terukir dengan huruf pada loh-loh batu. Namun demikian kemuliaan Allah menyertainya waktu ia diberikan. Sebab sekalipun pudar juga, cahaya muka Musa begitu cemerlang, sehingga mata orang-orang Israel tidak tahan menatapnya. Jika pelayanan itu datang dengan kemuliaan yang demikian  betapa lebih besarnya lagi kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh!”
-2 Korintus 3:7-8

Ketika Musa bertemu dengan Tuhan di Gunung Sinai, serta menerima sepuluh perintah Tuhan yang tertulis pada lempengan batu, mukanya bercahaya. Ketika orang Israel melihat mukanya bercahaya, takutlah mereka mendekatinya. Karena itu, Musa menutupi mukanya dengan kain.
Bayangkanlah jika hal ini terjadi pada Anda, setelah berdoa dan merenungkan firman Tuhan setiap pagi, muka Anda bercahaya, atau ada lingkaran suci di atas kepala Anda. Orang-orang merasa segan dekat dengan Anda, karena mereka berpikir, Anda orang kudus. Bagaimana perasaan Anda? Bersyukur? Sedikit bangga? Mari kita lanjutkan, apa yang terjadi selanjutnya pada Musa.

“tidak seperti Musa, yang menyelubungi mukanya, supaya mata orang-orang Israel jangan melihat hilangnya cahaya yang sementara itu.”
-2 Korintus 3:13

Rupanya kemuliaan yang dialami Musa sifatnya sementara. Dengan berjalannya waktu, cahaya tersebut memudar. Ada dua hal yang bisa kita pelajari dari kemuliaan yang dialami Musa:
Pertama,Kemuliaan dalam hidup kita bersifat sementara. Walaupun cream anti aging yang membuat wanita tetap terlihat awet muda telah ditemukan, tua itu pasti. Mungkin kita bisa memperlambat, tetapi kita tidak bisa  
menghindarinya. Dengan berjalannya waktu, kesehatan kita akan menurun. Beberapa bulan yang lalu,  kita sempat mendengar sharing Bu Shelly tentang penyakit Hashimoto Tiroid yang dideritanya. Pertama kali saya mendengar nama penyakitnya, saya selintas berpikir: “keren juga ya nama penyakitnya”. Tetapi gejalanya tidaklah se-keren namanya. Sistem imun tubuh yang seharusnya melindungi, justru menyerang kelenjar tiroid-nya, menyebabkan dia seperti penderita gondok. Penyakit ini juga menyebabkan emosi tidak stabil. Saat ini Bu Shelly harus rutin meminum obat yang diberikan dokter. Dengan kondisi yang dialaminya,  seharusnya bisa dimengerti jika ia menyerah, tetapi justru kita mengenalnya sebagai saudari yang paling banyak melayani dan memberi dalam jemaat. Saya yakin, ia bisa bersikap demikian karena ia mengerti, kemuliaannya bukanlah kesehatannya, melainkan kasihnya kepada Tuhan dan sesama.
Kemuliaan dari kesuksesan dunia juga bersifat sementara. Ingat dengan kisah Ayub yang kehilangan segala kepunyaannya dalam sehari? Bagaimana jika itu terjadi kepada kita? Kehilangan pekerjaan, usaha bangkrut,  ditipu, kehilangan orang terdekat kita, putus pacar? Mengapa Ayub tetap bertahan dan tidak mau menyerah dengan keadaannya? Karena kemuliaannya bukanlah apa yang dimilikinya, melainkan imannya. 

“katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" – Ayub 1:21

Jadi kemenangan Anda, prestasi Anda, pencapaian Anda, harta benda yang Anda miliki, semuanya bersifat sementara. Ketika waktunya tiba, kemuliaan tersebut akan memudar. Jadi berusahalah mengejar kemuliaan yang sejati.

Kedua, Kemuliaan kita berasal dari Tuhan. Cahaya pada wajah Musa diperolehnya karena ia bertemu dengan Tuhan. Ada orang yang mengira semua pencapaian dalam hidupnya adalah berkat kerja kerasnya. Kita tahu itu tidak benar. Di Roma 11:36 dijelaskan bahwa:

“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

Ayub memahami ayat ini. Makanya, ketika ia kehilangan segala miliknya, ia masih bisa memuliakan Tuhan. Jika kita ingin memuliakan Tuhan seperti Ayub, kita perlu senantiasa ingat bahwa kita ini bukanlah pemilik, melainkan hanya seorang pengelola, bahasa keren-nya kita ini manajer .
Istri kita bukanlah milik kita yang pantas kita bentak-bentak, melainkan titipan Tuhan yang perlu kita kasihi. Suami kita bukanlah milik kita yang bisa kita omeli seenaknya, melainkan titipan Tuhan yang perlu kita hormati. Anak adalah titipan Tuhan yang perlu kita didik sesuai jalan yang Tuhan tentukan baginya. Jangan hanya karena dia tidak bersikap sesuai pengharapan Anda, Anda bersikap kasar padanya. Demikian juga dengan harta benda yang dititipkan pada Anda, agar Anda kelola dengan bijak, untuk kemuliaan nama-Nya.
Ketika Anda harus kehilangan pasangan, anak, atau orang yang Anda kasihi adalam sebuah peristiwa duka, atau ketika Anda harus kehilangan harta, bagaimana sikap Anda? Sikap Ayub sikap terbaik yang perlu kita pahami dan tiru, karena suatu hari, kita mungkin mengalaminya.
Alasan kedua, mengapa kita tidak boleh menyerah ketika kemuliaan memudar adalah:

2. KARENA HARI YANG TERBAIK DALAM HIDUP KITA BELUMLAH TIBA

“betapa lebih besarnya lagi kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh! Sebab, jika pelayanan yang memimpin kepada penghukuman itu mulia, betapa lebih mulianya lagi pelayanan yang memimpin kepada pembenaran.” -2Korintus 3:8-9

   Disini, Paulus tidak meremehkan Musa, hukum Taurat dan Perjanjian Lama. Ia tidak membandingkan Perjanjian Lama dan  Perjanjian Baru dengan sebutan jelek dan bagus sekali. Ia membandingkannya dengan sebutan mulia dan lebih mulia. Perjanjian Lama memang tidak berlaku lagi, tetapi tidak berarti Hukum Taurat tidak berguna. Hukum Taurat dibutuhkan karena pada jaman Musa, orang menyembah berhala, saling membunuh, berzinah dan banyak perbuatan dosa lainnya. Jadi Hukum Taurat adalah anak tangga yang harus diinjak, sebelum menuju anak tangga berikutnya. Dan jaman Yesus adalah anak tangga terakhir. Pada masa ini, orang Israel tidak lagi menyembah berhala, tetapi mungkin mereka cinta akan uang. Mereka tidak lagi membunuh, tetapi  mungkin masih menyimpan dendam terhadap sesamanya dan tidak mau mengampuni. Mereka tidak lagi berzinah, tetapi mungkinberpikiran cabul.
Kita semua memiliki masa lalu. Kita tidak bisa membatalkan masa lalu kita. Tetapi kita tidak bisa tetap tinggal di masa lalu, karena masa sekarang lebih baik dari masa lalu, tetapi hari yang terbaik belumlah tiba. Semua kemuliaan yang berasal dari dunia akan memudar, tetapi kemuliaan yang berasal dari Tuhan kita Yesus Kristus akan tetap selamanya. Kita diampuni, dibenarkan, diterima, ditebus, dibebaskan, dipulihkan, dan lahir kembali. Inilah inti dari perjanjian baru.

“Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” -2 Korintus 3:17-18

Ingat, dulu manusia diciptakan sesuai dengan gambaran Allah, tetapi akibat dosa, gambaran ALLAH telah memudar dalam diri manusia. Penebusan Yesus mengembalikan kembali gambaran tersebut. Dia adalah teladan yang perlu kita tiru. Saya ingin akhiri dengan sebuah renungan dari Rick Warren:

Orang-orang bertanya, apa tujuan dari kehidupan? Di dalam kacang dalam kulit, kehidupan sedang dipersiapkan untuk kekekalan. Kita tidak diciptakan kekal, karena TUHAN ingin kita bersamaNya di surga. Suatu hari nanti, jantung saya akan berhenti berdetak, dan saat itulah akhir dari tubuh saya, tapi tidak akhir dari saya. Saya mungkin akan hidup 60 sampai 100 tahun di dunia, tapi saya akan menghabiskan waktu saya bertrilyun-trilyun tahun dalam kekekalan.
Kehidupan di bumi, hanyalah pemanasan – seperti gladi resik waktu pernikahan. Tuhan ingin kita berlatih di bumi apa yang akan kita lakukan selamanya di kekekalan. Kita diciptakan Tuhan dan untuk Tuhan, dan sampai kamu mengerti akan hal tersebut, hidup tidak akan masuk akal. Kehidupan adalah seri dari masalah-masalah: Jika kamu berapa dalam suatu masalah saat ini, kamu pasti akan keluar dari masalah tersebut dan kamu harus siap-siap masuk menghadapi masalah yang lain.
Alasan dari ini semua adalah Tuhan lebih tertarik dengan karaktermu daripada kenyamananmu, Tuhan lebih tertarik membuat hidupmu kudus daripada membuat hidupmu senang-senang. Kita bisa bersenang-senang di bumi, tapi itu bukan tujuan hidup kita. Tujuan hidup kita adalah bertumbuh di dalam karakter, menjadi seperti Yesus.
Kadang kita berpikir kehidupan itu seperti bukit dan lembah, kamu akan berada di lembah yang kelam , tapi setelah itu ada puncak bukit yang menunggu, seterusnya dan seterusnya. Tapi seharusnya kita tidak berpikir seperti itu lagi.
Daripada berpikir hidup ini bukit dan lembah, kita harus percaya kehidupan itu seperti rel kereta api yang memiliki dua sisi, pada semua waktu di mana hal-hal baik terjadi dalam hidup kamu, ada hal yang buruk yang juga terjadi.
Tidak peduli betapa baiknya kehidupan kamu, selalu ada hal buruk yang harus kita atasi. Dan tidak peduli seberapa buruk hal yang terjadi dalam kehidupan kamu, selalu ada hal baik yang terjadi juga, kita patut bersyukur kepada Tuhan.
Kamu bisa fokus kepada tujuan hidup kamu, atau fokus kepada masalah-masalah kamu. Jika kamu fokus kepada masalah-masalah kamu, kamu akan menjadi fokus kepada diri kamu sendiri yang berarti masalah SAYA, rasa sakit SAYA. Tapi satu jalan yang termudah untuk mengatasi rasa sakit adalah mengalihkan fokus pada diri sendiri ke fokus pada Tuhan dan sesama.

Waktu bahagia, puji TUHAN
Waktu sulit, cari TUHAN
Waktu teduh, sembah TUHAN
Waktu sakit, percaya TUHAN
Setiap waktu, bersyukur pada TUHAN


Semoga Bermanfaat !
Kemuliaan bagi TUHAN!
Previous
Next Post »
Thanks for your comment